Perbaikan ekonomi di berbagai daerah berlanjut pada triwulan II 2022, di tengah dinamika sejumlah tantangan terutama dari eksternal. Berlanjutnya perbaikan tersebut ditopang oleh peningkatan permintaan domestik seiring terkendalinya penyebaran kasus COVID-19 yang mendorong perbaikan mobilitas. Konsumsi meningkat tercermin pada sejumlah indikator seperti keyakinan konsumen dan penjualan eceran di daerah. Adapun kinerja investasi yang cukup baik, didukung proyek hilirisasi di Sulampua, relokasi industri di Jawa, serta proyek pendukung penyelenggaraan acara internasional di Balinusra. Selanjutnya, di tengah berbagai tekanan eksternal, ekspor nonmigas hingga triwulan II 2022 terindikasi tetap kuat, terutama berbasis sumber daya alam (SDA). Hal ini didukung tetap tingginya harga komoditas maupun peningkatan nilai tambah komoditas SDA. Perkembangan tersebut diprakirakan mendukung kinerja lapangan usaha (LU), Industri Pengolahan di Jawa dan Sumatera, serta LU Pertambangan di Sulampua. Ke depan, prospek permintaan domestik diprakirakan tetap kuat seiring relatif terkendalinya kasus COVID-19 di seluruh wilayah dan peningkatan mobilitas. Kondisi tersebut diprakirakan mendukung kinerja LU Perdagangan dan LU Penyediaan Akamodasi dan Makan Minum (Akmamin). Selain itu, kinerja ekspor tetap positif namun lebih terbatas sebagai pengaruh permintaan eksternal yang berpotensi lebih rendah seiring moderasi perekonomian global. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi nasional pada 2022 diprakirakan masih dalam kisaran proyeksi pada 4,5-5,3%.
Di sisi inflasi, perkembangan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada triwulan II 2022 di berbagai wilayah tercatat meningkat. Inflasi IHK secara nasional pada triwulan II 2022 tercatat sebesar 4,35% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 2,64% (yoy). Capaian inflasi pada triwulan II 2022 dipengaruhi oleh tingginya tekanan sisi penawaran seiring dengan kenaikan harga komoditas dunia dan gangguan pasokan. Inflasi kelompok inti tetap terjaga dengan dukungan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga ekspektasi inflasi. Di kelompok VF, terutama disumbang kenaikan harga komoditas hortikultura di seluruh wilayah, dipengaruhi kenaikan harga pangan global dan faktor cuaca. Inflasi AP juga meningkat terutama disumbang oleh kenaikan tarif angkutan udara (AU) dan energi. Pada keseluruhan 2022, inflasi diprakirakan sedikit lebih tinggi dari batas atas kisaran sasaran, dan kembali ke dalam sasaran 3,0±1% pada 2023. Koordinasi kebijakan pengendalian inflasi dilakukan secara intensif baik di tingkat pusat maupun daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID).
Publikasi Laporan Nusantara ini juga mengangkat isu strategis mengenai “Mendorong Momentum Pemulihan Pariwisata, Mendukung Penguatan Ekonomi Nasional". Upaya untuk mendorong pemulihan kinerja pariwisata perlu terus ditempuh secara konsisten dan berkelanjutan didukung sejumlah kebijakan dan sinergi berbagai stakeholders guna mendukung perbaikan ekonomi nasional. Ke depan, peluang untuk memperkuat momentum pemulihan pariwisata dapat terus ditempuh di tengah tantangan yang masih mengemuka. Berbagai upaya dan sinergi kebijakan yang telah dan akan terus ditempuh untuk mengakselerasi pemulihan pariwisata, diharapkan dapat mendukung pencapaian target kinerja pariwisata yang ditetapkan pemerintah yaitu kunjungan wisman 1,8 – 3,6 juta orang