Ekonomi di berbagai wilayah pada 2024 diprakirakan tetap terjaga terutama ditopang wilayah timur. Pertumbuhan ekonomi wilayah Kalimantan dan Balinusra diproyeksikan meningkat, sementara Sulampua tetap tumbuh tinggi. Di sisi lain, perekonomian wilayah barat, yakni Jawa dan Sumatera tumbuh stabil dibandingkan kinerja tahun sebelumnya. Perbaikan ekonomi di Kalimantan dan Balinusra ditopang oleh kinerja eksternal, terutama produk tambang, sehingga mendorong perbaikan kinerja Lapangan Usaha (LU) Pertambangan di kedua wilayah. Khusus di Balinusra, kinerja eksternal yang menguat juga didorong oleh ekspor jasa pariwisata, sehingga menopang kineja LU Akmamin di wilayah tersebut tetap tumbuh tinggi. Ekonomi Sulampua tumbuh paling tinggi dibandingkan wilayah lain, terutama didorong investasi baik nonbangunan maupun bangunan pada industri logam dasar, sebagaimana terkonfirmasi pada perbaikan LU Konstruksi. Sementara itu, konsumsi Pemerintah juga mendukung kinerja perekonomian di mayoritas wilayah, bahkan menjaga ekonomi di Jawa dan Sumatera tumbuh stabil.
Perekonomian wilayah diprakirakan membaik pada 2025, dan perlu terus didorong. Perbaikan ekonomi wilayah terutama ditopang wilayah barat. Ekonomi Jawa diprakirakan membaik didorong investasi nonbangunan antara lain terkait proyek LU Industri, sementara di Sumatera lebih didukung investasi bangunan terkait proyek Pemerintah sebagaimana terkonfirmasi pada kinerja LU Konstruksi di wilayah tersebut. Perbaikan investasi juga terjadi di Balinusra dan Sulampua, namun tidak cukup kuat untuk mendorong ekonomi tumbuh lebih tinggi dari 2024, akibat penurunan produksi pada pada LU Pertambangan. Khusus di Sulampua, kondisi tersebut juga memengaruhi kinerja eksternal. Ke depan, upaya mendorong pertumbuhan ekonomi perlu terus dilakukan melalui penguatan berbagai faktor produksi, baik kapital, tenaga kerja, maupun produktivitas, terutama pada LU Pertanian. Meski diprakirakan membaik pada 2025, namun LU Pertanian pulih paling lambat pascacovid, di tengah perannya yang penting dalam perekonomian. Strategi kebijakan dimaksud akan dibahas secara khusus pada Bab III Isu Strategis “Penguatan Produktivitas Sektor Pertanian untuk Mendukung Ketahanan dan Stabilitas Harga Pangan serta Penyerapan Tenaga Kerja".
Inflasi IHK 2024 menurun di sebagian besar wilayah. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh perbaikan permintaan yang terbatas, pasokan pangan yang lebih baik, serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah. Berdasarkan kelompoknya, penurunan inflasi IHK disumbang oleh kelompok volatile foods (VF) dan administered prices (AP) di hampir seluruh provinsi di Jawa, Sulampua, dan Sumatera. Hal tersebut dipengaruhi oleh perbaikan pasokan pangan sejalan cuaca yang kondusif, impor yang memadai dan sinergi kebijakan stabilisasi pasokan dan harga pangan, termasuk melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Sementara itu, kebijakan Pemerintah untuk menjaga kenaikan harga energi dan penyesuaian tarif lainnya di berbagai daerah menahan kenaikan inflasi AP. Secara spasial, inflasi IHK di wilayah Balinusra dan Kalimantan meningkat terutama disumbang oleh inflasi inti. Kenaikan inflasi inti bersifat broad-based dipengaruhi oleh perbaikan permintaan dan kenaikan harga sejumlah komoditas global, khususnya emas, kopi, dan crude palm oil (CPO).
Inflasi IHK di seluruh wilayah diprakirakan meningkat pada 2025 dan berada dalam kisaran sasaran 2,5±1%. Kenaikan tekanan inflasi IHK disumbang oleh semua kelompok. Kelompok inti meningkat di mayoritas provinsi, seiring dengan perbaikan permintaan dan dampak kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) di tengah ekspektasi inflasi yang terjaga. Inflasi VF juga meningkat di berbagai daerah akibat permasalahan struktural terkait produksi dan distribusi pangan yang masih perlu menjadi perhatian, di tengah potensi kenaikan permintaan. Sementara itu, kenaikan inflasi AP antara lain dipengaruhi oleh kenaikan harga jual eceran rokok. Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan sinergi pengendalian inflasi dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui GNPIP di berbagai daerah untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasarannya.
Ke depan, berbagai dinamika perekonomian global perlu terus dicermati. Ketidakpastian global tetap tinggi disertai dengan eskalasi geopolitik yang meningkat. Prospek Ekonomi AS dan Tiongkok diprakirakan melambat sejalan dengan tensi dagang yang diprakirakan meningkat. Faktor-faktor tersebut berpotensi berpengaruh terhadap prospek pertumbuhan ekonomi dunia, yang pada akhirnya berdampak pada prospek ekonomi di berbagai wilayah.