Prospek dan Tantangan Perekonomian
Dinamika ekonomi keuangan global berubah cepat dengan risiko dan ketidakpastian meningkat karena perubahan arah kebijakan moneter AS dan memburuknya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Tetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) mendorong spekulasi bahwa penurunan Fed Funds Rate (FFR) akan lebih kecil dan lebih lama dari prakiraan (high for longer). Perkembangan ini dan besarnya kebutuhan utang AS mengakibatkan terus meningkatnya yield US Treasury terus meningkat dolar AS semakin menguat secara global. Ke depan, risiko terkait arah penurunan FFR dan dinamika ketegangan geopolitik global akan terus dicermati karena dapat mendorong berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global, meningkatnya tekanan inflasi, dan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi dunia.
Sementara itu, perekonomian Indonesia tetap berdaya tahan di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Pertumbuhan ekonomi di triwulan I mencapai 5,11% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,04% (yoy) didukung oleh permintaan domestik yang lebih tinggi. Investasi lebih tinggi dari prakiraan, ditopang oleh investasi bangunan seiring berlanjutnya pembangunan infrastruktur. Kendati nilai tukar Rupiah pada triwulan I 2024 mengalami tekanan akibat dampak menguatnya dolar AS secara luas, kinerjanya masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang kawasan, seperti Won Korea dan Baht Thailand. Kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah mampu meredam imported inflation sehingga mendukung terjaganya inflasi dalam kisaran sasaran 2,5±1%, di tengah tekanan faktor musiman periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Ketahanan eksternal ekonomi nasional juga tetap baik ditopang oleh surplus Neraca Pembayaran Indonesia dan langkah Bank Indonesia dalam mengoptimalkan strategi operasi moneter pro-market.
Respons Kebijakan Bank Indonesia
Bank Indonesia terus memperkuat respons bauran kebiijakan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan. Bauran kebijakan Bank Indonesia sepanjang triwulan I 2024 diarahkan untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan berkelanjutan, bersinergi erat dengan bauran kebijakan ekonomi nasional. Di bidang moneter, Bank Indonesia mempertahankan BI-Rate sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75% sepanjang triwulan I 2024. Keputusan ini tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran. Selanjutnya, RDG Bank Indonesia pada 23-24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 7,00%. Kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dari dampak memburuknya risiko global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025 sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability. Di bidang makroprudensial, kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga. Sementara itu, di bidang sistem pembayaran, Bank Indonesia terus mendorong akselerasi digitalisasi sistem pembayaran dan perluasan kerja sama antarnegara guna mendorong inklusi ekonomi keuangan dan memperluas Ekonomi Keuangan Digital (EKD).
Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah untuk memitigasi dampak rambatan memburuknya risiko global. Koordinasi kebijakan Bank Indonesia dan kebijakan fiskal Pemerintah terus ditingkatkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Untuk pengendalian inflasi, Bank Indonesia memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah) melalui program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID). Bank Indonesia juga memperkuat sinergi kebijakan dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong kredit/pembiayaan kepada dunia usaha.
Transformasi Kelembagaan Bank Indonesia
Bank Indonesia terus mengoptimalkan dan mempertajam agenda transformasi sebagai wujud komitmen terhadap mandat UU P2SK. UU P2SK telah mengatur penguatan kewenangan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas perekonomian nasional dari dampak gejolak global. Pada triwulan I 2024, transformasi kebijakan Bank Indonesia difokuskan pada upaya penguatan strategi operasi moneter dan pengembangan pasar keuangan melalui pendekatan holistik 3I (Integrated, Interoperable, dan Interconnected), serta perluasan dan penguatan Local Currency Transaction (LCT). Pada area kelembagaan, setelah melakukan penguatan sistem tata kelola kebijakan dan tata kelola kelembagaan, Bank Indonesia merumuskan rancangan ketentuan tentang peran serta Bank Indonesia pada lembaga eksternal dan bauran kebijakan kelembagaan. Selain itu, Bank Indonesia melakukan digitalisasi proses kerja melalui Digital Business Process Reengineering (Digital BPR). Inovasi tersebut berfokus pada kejelasan output dan pembagian kerja, streamlined process, serta collaborative work, yang didukung dengan pengembangan pusat data serta kapabilitas Artificial Intelligence (AI) khususnya pemanfaatan data analytics dan data science. Percepatan digitalisasi proses kerja dilakukan bersamaan dengan penguatan SDM Bank Indonesia agar memiliki kemampuan adaptasi terhadap digitalisasi, baik kompetensi teknis AI maupun aspek perilaku dan pola pikir digital.
Capaian Kinerja Bank Indonesia
Kinerja Bank Indonesia pada triwulan I 2024 tercapai sesuai dengan targetnya. Hal tersebut tecermin dari realisasi capaian Indikator Kinerja Utama (IKU), yang didukung oleh upaya penajaman agenda transformasi. Capaian kinerja ini menunjukkan efektivitas respons kebijakan Bank Indonesia yang selaras dengan perkembangan ekonomi dan lingkungan strategis terkini. Selain itu, upaya menjaga kredibilitas kelembagaan melalui penguatan kerangka dan implementasi sistem tata kelola yang baik dan profesional juga turut mendukung pencapaian pada triwulan I 2024.