Dinamika perekonomian global berubah cepat dengan ketidakpastian yang tinggi. Setelah mencatat pertumbuhan tinggi sebesar 3,5% pada 2022, pertumbuhan ekonomi dunia pada 2023 turun ke 3,1%, dan diprakirakan sedikit melambat menjadi 3,0% pada 2024. Kinerja ekonomi global pada 2023 juga diwarnai dengan divergensi pertumbuhan yang terjadi antara negara maju, terutama Amerika Serikat (AS) yang tumbuh relatif tinggi, dengan negara-negara Emerging Markets and Developing Economies (EMDEs) yang mengalami penurunan dan stagnasi. Di negara EMDEs, pertumbuhan Tiongkok melambat dipengaruhi oleh pelemahan konsumsi dan penurunan kinerja sektor properti, sedangkan kinerja ekonomi India dan ASEAN-5 tetap baik.
Sementara itu, perekonomian Indonesia 2023 tetap tumbuh baik dan berdaya tahan terhadap dampak rambatan kondisi global yang menurun dan ketidakpastian yang tinggi tersebut. Ekonomi Indonesia pada tahun 2023 tercatat tumbuh sebesar 5,05% (yoy), ditopang oleh ekspor, investasi bangunan, dan dampak pelaksanaan Pemilu. Konsumsi swasta tetap kuat didorong masih tingginya keyakinan konsumen, terjaganya daya beli, dan stimulus kebijakan fiskal termasuk pemberian subsidi dan berbagai program bantuan sosial. Investasi juga tetap baik didorong berlanjutnya penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) dan investasi nonbangunan. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi yang baik didukung pertumbuhan ekonomi yang solid di hampir seluruh wilayah Indonesia. Pertumbuhan ekonomi diprakirakan meningkat menjadi 4,7-5,5% pada 2024.
Respons bauran kebijakan Bank Indonesia menjadi kunci kinerja ekonomi Indonesia yang berdaya tahan. Bauran kebijakan Bank Indonesia pada 2023 mencakup 5 (lima) aspek penting, yaitu: (i) koordinasi fiskal dan moneter; (ii) akselerasi transformasi sektor keuangan; (iii) akselerasi transformasi sektor riil; (iv) digitalisasi ekonomi dan keuangan; dan (v) ekonomi dan keuangan inklusif dan hijau. Kebijakan suku bunga ditetapkan dalam setiap RDG Bulanan untuk secara forward looking dan pre-emptive mengarahkan prakiraan inflasi dua tahun ke depan segera kembali ke sasaran. Sepanjang 2023, Bank Indonesia menaikkan suku bunga pada Januari dan Oktober 2023 masing-masing sebesar 25 bps, yang dipertahankan sebesar 6% hingga akhir tahun. Keputusan ini tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak meningkat tingginya ketidakpastian global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor (imported inflation), sehingga inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3,0±1% pada 2023 dan 2,5±1% pada 2024 dan 2025.
Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi dan ketahanan eksternal ekonomi nasional. Dalam pengendalian inflasi, koordinasi sangat erat antara Bank Indonesia melalui kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga dan stabilisasi nilai tukar Rupiah ditempuh bersama Pemerintah melalui kebijakan fiskal dengan menyalurkan subsidi energi dan bantuan sosial untuk meminimalkan dampak kenaikan harga minyak dunia terhadap inflasi domestik. Bank Indonesia juga bersinergi erat dengan Pemerintah dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) baik dari kantor pusat maupun 46 Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh wilayah Indonesia. Dukungan Bank Indonesia antara lain melalui operasi pasar murah, ketahanan komoditas pangan, kerja sama antardaerah, fasilitasi distribusi pangan, digitalisasi data, serta kampanye secara masif dan terus menerus. Sementara itu, koordinasi dalam menjaga stabilitas pasar keuangan domestik dari dampak gejolak global dilakukan melalui operasi moneter Bank Indonesia untuk efektivitas kebijakan suku bunga dan stabilitas nilai tukar Rupiah, serta penerbitan SBN domestik dan global oleh Kementerian Keuangan untuk pembiayaan defisit fiskal dalam APBN. Koordinasi dilakukan baik dalam rencana awal tahun, pelaksanaan lelang, maupun monitoringnya.
Sejalan dengan amanat UU P2SK, pada 2023 Bank Indonesia terus melanjutkan dan memperkuat agenda transformasinya dalam rangka membangun bank sentral yang kredibel, profesional, bertatakelola, akuntabel, dan transparan. Pada area kebijakan, transformasi Bank Indonesia dilakukan dengan penyempurnaan kerangka kerja Bauran Kebijakan Bank Indonesia (BKBI) yang mengintegrasikan kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran, dalam sebuah kerangka kerja perumusan yang juga diperkuat dengan berbagai kebijakan pendukung. Di area kelembagaan, transformasi fokus pada 3 (tiga) area strategis yang meliputi organisasi dan proses kerja, SDM dan budaya kerja, serta digital. Pertama, penguatan sistem tata kelola kebijakan dan kelembagaan Bank Indonesia berdasarkan prinsip independensi, konsistensi, koordinasi, akuntabilitas, dan transparansi (IKKAT). Kedua, penguatan kerangka kebijakan yang didukung streamlining proses bisnis dan proses kerja berbasis digital, serta transformasi sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung proses kerja di era digital. Ketiga, akselerasi transformasi digital untuk proses kerja kebijakan dan kelembagaan berdasarkan Rencana Induk Inovasi Digital Bank Indonesia (RIVIBI) menuju visi sebagai bank sentral terdepan.
Kinerja Bank Indonesia pada tahun 2023 tercapai sesuai dengan targetnya. Hal tersebut tecermin dari realisasi capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) maupun kinerja anggaran Bank Indonesia yang didukung sejumlah pengakuan stakeholder dan penghargaan baik nasional maupun internasional. Pencapaian kinerja dimaksud merupakan wujud nyata dari penerapan kebijakan yang konsisten, inovasi yang berkelanjutan, dan eratnya sinergi yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan Pemerintah dan kementerian/lembaga terkait. Capaian tersebut didukung pula oleh upaya menjaga kredibilitas institusi melalui penajaman atas bauran kebijakan kelembagaan dan sistem tata kelola Bank Indonesia.