BI Icon

​​BI Institute​

12/9/2025 1:05 PM
Hits: 13

Suntikan Dana Asing: Obat Mujarab Lawan 'Penyakit' Inefisiensi Industri Manufaktur?

Research


Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa ada pabrik atau perusahaan yang tampaknya terus maju, sementara yang lain seperti berjalan di tempat? Dalam dunia industri, kondisi "berjalan di tempat" ini seringkali disebabkan oleh sebuah "penyakit" kronis yang disebut inefisiensi. Perusahaan terjebak dalam cara kerja yang boros, teknologi yang ketinggalan zaman, atau manajemen yang kurang optimal.

Kondisi ini, yang kami sebut sebagai "jebakan inefisiensi", tentu menghambat pertumbuhan industri manufaktur nasional. Kabar baiknya, ada potensi "obat" yang bisa membantu menyembuhkannya: Investasi Asing Langsung atau yang lebih dikenal sebagai Foreign Direct Investment (FDI).

Bank Indonesia baru-baru ini melakukan studi mendalam untuk menjawab pertanyaan krusial: Seberapa ampuh suntikan dana dan pengetahuan dari perusahaan asing dalam mengatasi jebakan inefisiensi di industri manufaktur Indonesia?

Efek Tular yang Positif dari Kehadiran Asing

Ketika sebuah perusahaan multinasional (MNC) membangun pabrik di Indonesia, mereka tidak hanya membawa uang. Mereka membawa serta teknologi canggih, cara manajemen modern, dan standar kerja kelas dunia. Kehadiran mereka ini menciptakan "efek tular" atau spillover yang positif bagi perusahaan-perusahaan lokal di sekitarnya.​

Studi yang menggunakan data panel industri dari tahun 2008-2015 menemukan bahwa efek tular ini nyata dan terbukti mampu mengurangi inefisiensi. Perusahaan lokal seolah "tertular" menjadi lebih baik, baik dalam mengatasi masalah operasional jangka pendek maupun masalah struktural yang lebih dalam.

Kejutan: "Efek Tetangga" Lebih Kuat dari "Efek Satu Bidang"

Salah satu temuan paling menarik dari riset ini adalah tentang bagaimana "penularan" efisiensi ini terjadi. Ternyata, kedekatan geografis jauh lebih berpengaruh daripada kesamaan sektor industri.

Artinya, sebuah pabrik mebel lokal akan mendapatkan manfaat efisiensi yang lebih besar jika bertetangga dengan pabrik otomotif asing di kawasan industri yang sama, dibandingkan jika ia berada jauh dari pabrik mebel asing yang beroperasi di provinsi lain.

Mengapa "efek tetangga" ini begitu kuat? Karena kedekatan fisik memudahkan transfer pengetahuan. Para pekerja terampil bisa berpindah dari perusahaan asing ke lokal (dan sebaliknya), membawa serta keahlian baru. Pemasok lokal juga dituntut untuk meningkatkan kualitas agar bisa melayani perusahaan asing, yang manfaatnya juga dirasakan oleh klien-klien lokal mereka. Persaingan langsung di satu lokasi juga memacu semua pihak untuk menjadi lebih efisien.

Faktor-Faktor Kunci Pendorong Efisiensi

Selain dari efek tetangga, studi kami mengidentifikasi tiga faktor lain yang menjadi kunci untuk keluar dari jebakan inefisiensi:

  1. Akses Impor: Kemudahan mengimpor bahan baku berkualitas tinggi memungkinkan perusahaan lokal memproduksi barang dengan standar yang lebih baik dan proses yang lebih efisien.
  2. Kepemilikan Asing: Perusahaan lokal yang memiliki sebagian sahamnya dibeli oleh investor asing mendapatkan akses langsung ke teknologi, jaringan global, dan keahlian manajerial.
  3. Upah yang Lebih Tinggi: Upah yang kompetitif menjadi insentif bagi perusahaan untuk berinvestasi pada pengembangan sumber daya manusia. Pekerja yang lebih terampil tentu lebih inovatif dan produktif.

Paradoks Perusahaan Besar dan Eksportir

Secara mengejutkan, riset kami menemukan bahwa perusahaan yang lebih besar dan yang aktif melakukan ekspor justru terkadang menunjukkan tingkat inefisiensi yang lebih tinggi. Mengapa bisa begitu?

Perusahaan besar seringkali menghadapi kompleksitas birokrasi dan kelembaman organisasi yang membuat mereka bergerak lebih lambat. Sementara itu, aktivitas ekspor memang membuka pasar yang lebih luas, tetapi juga membawa tantangan baru seperti riset pasar yang mahal, adaptasi produk, dan persaingan harga yang ketat di pasar global, yang semuanya bisa menimbulkan inefisiensi baru.

Arah Kebijakan ke Depan: Menarik FDI dengan Cerdas

Hasil riset ini memberikan rekomendasi yang jelas. Mendorong masuknya investasi asing adalah strategi prioritas untuk mendongkrak efisiensi industri manufaktur kita. Namun, ini harus dilakukan dengan cerdas.

Pemerintah perlu fokus menciptakan lingkungan yang ramah investasi, tidak hanya melalui kebijakan fiskal, tetapi juga dengan menyederhanakan birokrasi, membangun infrastruktur yang andal, dan yang terpenting, berinvestasi pada pendidikan dan pelatihan vokasi untuk menciptakan tenaga kerja terampil.

Lebih dari itu, kebijakan penataan kawasan industri perlu dirancang untuk memaksimalkan "efek tetangga". Mendorong perusahaan asing dan lokal untuk berada dalam satu ekosistem industri yang terintegrasi akan mempercepat transfer teknologi dan pengetahuan.

Pada akhirnya, investasi asing bukanlah tongkat sihir, melainkan katalisator yang kuat. "Obat" ini akan bekerja paling efektif jika didukung oleh fondasi internal yang kokoh, yaitu sumber daya manusia yang unggul dan iklim usaha yang kondusif seperti kepastian hukum.

Contoh yang menarik adalah Singapura, negara yang kerap di kenal dengan over regulated country, tetapi FDI tetap mengalir ke Singapura, Tak lain dan tak bukan, tentu saja soal kepastian hukum, bukan semata-mata regulasi yang dipermudah.

(Danny Hermawan)

Title  : BMEB : The Double-Edge Sword: Does FDI Exacerbate Inefficiency Traps? Evidence of Indonesian Manufacturing Firms 

Volume : Vol. 28, No. 0 (2025) 

DOI : https://doi.org/10.59091/2460-9196.2370 

Authors:  

  • Mohammad Zeqi Yasin – University of Jember 
  • Miguel Angel Esquivas – Universitas Airlangga  
  • ​Fichrie Fachrowi Adli – Universitas Airlangga​

Lampiran
Kontak

Contact Center Bank Indonesia Bicara: (62 21) 131
e-mail : bicara@bi.go.id
Jam operasional Senin s.d. Jumat Pkl. 08.00 s.d 16.00 WIB​

Halaman ini terakhir diperbarui 12/9/2025 3:48 PM
Apakah halaman ini bermanfaat?
Terima Kasih! Apakah Anda ingin memberikan rincian lebih detail?

Baca Juga