Oleh Muhammad Adisurya Pratama
Tren kasus corona virus disease 2019 (Covid-19) kembali mendaki, seiring dengan munculnya sub varian baru Omicron XBB. Kemampuan transmisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan subvarian lain mulai memantik kesigapan atas efek Covid-19 varian bari ini.
Secara global, data covid19.who.int, World Health Organization (WHO) menyebut pada 10 November 2022, kasus Covid-19 global mencapai 630.601.291 kasus dengan kematian mencapai 6.583.588 jiwa. Masih merujuk data dan hari yang sama, Indonesia mencatatkan kasus 6.544.201 juta kasus dengan total kematian mencapai 158.989 kasus.
Pandemi Covid 19 telah memantik krisis di seluruh dunia. Tak hanya krisis kesehatan, tapi merembet ke krisis sosial hingga ekonomi, tak terkecuali di sektor keuangan.
Otoritas pengaturan dan pengawasan sektor keuangan, yakni Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut bahwa pandemi COVID-19 telah memberikan pukulan berat. Salah satu bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Awal tahun 2020 hingga 20 Maret 2020 alias hanya tiga bulan, IHSG longsor dari level 6.300 menjadi 3.900.
Volume transaksi juga merosot. Jika pada tahun 2019, volume transaksi sebesar 36.534.971.048, tahun 2020 turun 27.495.947.445. Ini mencerminkan sebagian besar perilaku investor wait and see. Investor khawatir atras kondisi pasar di masa mendatang.
Saat itu, kepanikan investor diperparah dengan munculnya berbagai mutasi dari virus COVID-19, seperti Delta yang ditemukan pertama kali pada pertengahan tahun 2021, lalu Omicron pada akhir tahun 2021 hingga awal tahun 2022.
Lantas, faktor apa saja yang memengaruhi pasar modal, khususnya pada masa pandemi COVID-19? Berbagai studi telah mendalami dinamika antara virus COVID-19 dan pasar modal di berbagai dunia.
Dimulai dari Phan dan Narayan (2020) yag menelaah respon pasar modal dan negara terhadap COVID-19. Mereka berpendapat bahwa setiap ada berita yang tak terduga, pasar akan memberikan reaksi. Hal ini konsisten dengan reaksi pemerintah terhadap COVID-19. Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Hadar dan Sethi (2021) mengemukakan bahwa spekulasi pasar berpengaruh terhadap fluktuasi pasar modal. Mereka juga menemukan berita yang berkaitan dengan COVID-19 turut berdampak pada pasar modal.
Lalu, Rizvi, Juhro dan Narayan (2021) meneliti reaksi pasar terhadap stimulus moneter dan fiskal empatnegara Association Southeast Asian Nation (ASEAN), yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand sebagai akibat dari pandemi COVID-19. Mereka menyimpulkan bahwa kebijakan moneter membutuhkan waktu untuk memengaruhi kondisi pasar imbal hasil saham. Adapun kebijakan fiskal pemerintah dapat digunakan sebagai bantalan untuk mengurangi efek merugikan dari pandemi terhadap pasar modal.
Dari pemaparan di atas, ada tiga faktor penting yang memengaruhi pasar modal. Pertama, stimulus kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dan bank sentral. Dalam konteks kebijakan moneter, bank sentral melakukan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing) dengan membeli surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah. Pelonggaran ini dapat memengaruhi performa pasar modal sebuah negara. Adapun ebijakan stimulus fiskal pemerintah terhadap perekonomian berupa bantuan kepada usaha. Dua stimulus tersebut pada akhirnya dapat menopang performa pasar modal.
Kedua, spekulasi dan berita terkait COVID-19 terhadap pasar modal. Kondisi pandemi yang tidak menentu menyebabkan para investor membangun spekulasi terhadap pasar modal Indonesia. Lalu, berita terkait COVID-19 juga ikut andil dalam memengaruhi pergerakan pasar saat ini dan masa mendatang. Ketiga, respons pemerintah terhadap situasi. Respons permerintah terhadap pandemi juga turut memengaruhi kondisi pasar modal sebuah negara. Hal ini karena respons pemerintah terhadap pandemi akan turut memengaruhi bagaimana perekonomian akan pulih di masa mendatang.
Referensi
Hadar, A., & Sethi, N. (2021). The news effects of COVID-19 on global financial market volatility. Bulletin of Monetary Economics and Banking, Special Issues 2021, 33-58.
Phan, D.H.B., & Narayan, P.K. (2020). Country responses and the reaction of the stock market to COVID-19 – A preliminary exposition. Emerging Markets Finance and Trade, 56(10), 2138-2150. https://doi.org/10.1080/1540496X.2020.1784719
Rizvi, S.A., Juhro, S.M., & Narayan, P.K. (2021). Understanding market reaction to COVID-19 monetary and fiscal stimulus in major ASEAN countries. Bulletin of Monetary Economics and Banking, 24(3), 313-334.