Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan IV 2021 tumbuh positif melanjutkan tren pemulihan ekonomi. Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan IV 2021 tercatat sebesar 4,38% (yoy) meningkat dibandingkan dengan triwulan III 2021 yang tumbuh 3,31% (yoy). Peningkatan ini terutama didorong oleh pelonggaran level PPKM oleh Pemerintah Pusat pada beberapa kota di Sumatera Barat sejalan dengan kasus COVID-19 yang menurun dan realisasi vaksinasi COVID-19 yang meningkat pada triwulan IV 2021. Selain itu aktivitas masyarakat pada saat HBKN Nataru yang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu turut mendorong pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat.
Secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera Barat tumbuh positif pada tahun 2021. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada tahun 2021 tumbuh sebesar 3,29% (yoy), meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang kontraksi -1,62% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh aktivitas ekonomi yang lebih baik seiring dengan pelonggaran kebijakan pembatasan aktivitas menyusul kasus COVID-19 yang lebih terkendali di tahun 2021. Berdasarkan pengeluaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh seluruh komponen komponen pengeluaran terutama pada konsumsi RT, ekspor luar negeri dan investasi seiring dengan berjalannya program vaksinasi COVID-19 dan membaiknya aktivitas ekonomi domestik maupun global sehingga meningkatkan keyakinan masyarakat dan pelaku usaha untuk melakukan kegiatan konsumsi dan investasi. Dari sisi lapangan usaha (LU), pelonggaran kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat mendorong mayoritas LU khususnya LU perdagangan dan LU transportasi. Di samping itu, peningkatan permintaan CPO dan karet serta peningkatan harga yang signifikan pada tahun 2021 turut mendorong kinerja LU pertanian dan LU industri pengolahan.
Realisasi belanja daerah Provinsi Sumatera Barat di tahun 2021 mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun 2020. Realisasi belanja sampai dengan triwulan IV 2021 tercatat mencapai 93,57%, atau senilai Rp6,45 Triliun, mengalami sedikit penurunan secara presentase dibandingkan realisasi tahun 2020 sebesar 95,29%, atau senilai Rp6,41 Triliun. Kinerja belanja daerah di tahun 2021 terutama didukung oleh realisasi pos Belanja Tidak Langsung, terutama pada komponen Belanja Hibah, Belanja Bagi Hasil, dan komponen Belanja Bantuan Keuangan. Sementara itu pada pos Belanja Langsung, kinerja utama pada pos ini didukung oleh realisasi pada komponen Belanja Barang dan Jasa.
Pada triwulan IV 2021, Sumatera Barat tercatat mengalami inflasi yang rendah pada level 1,40% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi inflasi di triwulan III 2021 yang sebesar 1,75% (yoy). Realisasi inflasi di triwulan IV 2021 yang rendah terutama disebabkan oleh kondisi pasokan bahan pangan yang terjaga dan relatif lebih stabil. Inflasi pada triwulan IV 2021 terutama didorong oleh inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 0,88% (yoy) dan andil inflasi 0,27% (yoy). Inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau bersumber dari peningkatan harga komoditas minyak goreng, rokok kretek filter, mangga, tahu mentah, dan ikan tongkol/ikan ambu-ambu. Kelompok lain yang turut memberikan sumbangan inflasi pada triwulan IV 2021 yaitu kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya dengan nilai inflasi sebesar 1,63% (yoy) dengan andil 0,24% (yoy). Inflasi pada kelompok ini tercatat disumbang oleh peningkatan harga pada komoditas bahan bakar rumah tangga yang didorong oleh kenaikan harga LPG non-subsidi. Sementara itu, kelompok transportasi di triwulan IV 2021 juga mendorong inflasi Sumatera Barat dengan nilai inflasi 1,54% (yoy) dengan andil inflasi 0,22% (yoy) yang bersumber dari peningkatan tarif angkutan udara.
Tekanan inflasi di triwulan I 2022 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan IV 2021. Inflasi diperkirakan didorong oleh inflasi pada seluruh komponen inflasi baik volatile foods, core inflation, maupun administered price. Pelonggaran aktivitas masyarakat dan kenaikan tarif yang diatur pemerintah menjadi pendorong utama kenaikan harga pada triwulan I 2022. Pada komponen inflasi inti, inflasi diperkirakan akan didorong oleh peningkatan aktivitas masyarakat dan ekspetasi pemulihan ekonomi yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu komponen volatile foods diperkirakan mengalami sedikit peningkatan didorong oleh peningkatan harga komoditas bahan pangan seperti daging ayam ras dan telur ayam ras akibat kenaikan harga pakan serta cabe merah dan bawang merah karena keterbatasan pasokan.
Stabilitas sistem keuangan daerah di Sumatera Barat pada triwulan III 2021 tetap terjaga. Pembiayaan daerah Sumatera Barat pada triwulan IV 2021 tercatat mengalami deselerasi tercermin dari laju pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 5,75% (yoy) yang menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,87% (yoy). Namun demikian, risiko kredit pada triwulan laporan masih dalam batas aman, ditunjukkan oleh rasio Non-Performing Loan (NPL) yang dibawah 5% dan lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari 2,32% menjadi 1,79% pada triwulan IV 2021. Di sisi lain, DPK perbankan pada triwulan laporan tercatat senilai Rp48,84 triliun atau tumbuh 7,65% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III 2021 yang tumbuh sebesar 3,98% (yoy). Sejalan dengan peningkatan penghimpunan DPK yang lebih tinggi dibandingkan dengan penyaluran kredit, maka angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan IV 2021 mengalami sedikit penurunan ke level 127,15%, dari 131,90% di triwulan III 2021. Adapun aset perbankan tercatat senilai Rp76,13 triliun dengan laju pertumbuhan 6,68% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 5,41% (yoy), yang didukung oleh pertumbuhan DPK.
Perkembangan transaksi sistem pembayaran pada triwulan IV 2021 secara umum masih sejalan dengan kondisi perekonomian. Transaksi BI-RTGS mampu tumbuh meningkat secara volume yang mengindikasikan adanya peningkatan frekuensi aktivitas ekonomi di masyarakat meski dengan nominal transaksi yang lebih kecil, tercermin dari berlanjutnya kontraksi nilai transaksi. Pada SKNBI, transaksi di Sumatera Barat tumbuh meningkat baik dari sisi nilai maupun volume sejalan dengan kondisi perekonomian yang membaik ditopang oleh aktivitas ekonomi pada saat HBKN Nataru dan pelonggaran pembatasan mobilitas oleh Pemerintah Pusat.
Perekonomian Sumatera Barat pada tahun 2022 diprakirakan berada pada batas bawah kisaran 4,2% – 5,0%. Program vaksinasi COVID-19 yang ditargetkan akan mencapai targetnya pada tahun 2022 diprakirakan akan mendorong optimisme dari masyarakat termasuk para pelaku usaha. Meningkatnya optimisme tersebut diprakirakan akan mendorong peningkatan kinerja konsumsi RT dan investasi. Dari sisi lapangan usaha, kunjungan wisnus dan wisman diprakirakan akan mendorong LU perdagangan, LU transportasi dan LU penyediaan akmamin. Sementara LU pertanian juga akan terdorong dengan meningkatnya permintaan masyarakat seiring dengan kegiatan HBKN dan pesta yang lebih tinggi pada tahun 2022.
Tekanan inflasi pada tahun 2022 diprakirakan akan meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2021 namun masih akan berada pada batas bawah sasaran inflasi nasional 3,0±1%. Inflasi Sumatera Barat pada tahun 2022 diperkirakan lebih tinggi dari tahun sebelumnya seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian dan penurunan pembatasan mobilitas masyarakat yang mendorong permintaan domestik. Penyelenggaraan vaksinasi yang lebih baik di tahun 2022 serta pemberian vaksin booster mendorong peningkatan aktivitas masyarakat. Selain itu, peningkatan harga beberapa komoditas di pasar global dan normalisasi tarif dasar listrik, serta berakhirnya insentif PPnBN kendaraan bermotor, turut mendorong tekanan inflasi Sumatera Barat pada keseluruhan tahun 2022. Mulai pulihnya perekonomian global dan mobilitas masyarakat juga diprakirakan akan mendorong peningkatan BBM non-subsidi di tahun 2022. Sementara kenaikan harga komoditas impor yang dipengaruhi oleh fluktuasi nilai mata uang rupiah dan harga komoditas global juga menjadi risiko yang perlu untuk diwaspadai.