Perkembangan Ekonomi Daerah
Perekonomian Provinsi Maluku Utara pada triwulan III 2021 tumbuh sebesar 11,41% (yoy), tetap tumbuh tinggi meskipun mengalami deselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,95% (yoy). Maluku Utara menjadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua di Indonesia untuk periode triwulan III 2021, bersama dengan Papua sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi, serta Sulawesi Tengah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi ketiga.
Dilihat dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi tetap didorong oleh akselerasi pertumbuhan ekspor luar negeri sejalan dengan terus meningkatnya produksi komoditas hilir nikel, serta pertumbuhan seluruh komponen konsumsi sejalan dengan peningkatan intensitas persiapan event nasional STQ ke-XXVI di Maluku Utara. Dilihat dari sisi penyediaan, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara ditopang oleh tingginya akselerasi pertumbuhan dari sektor pertambangan dan industri pengolahan sejalan dengan tingginya realisasi produksi ore nikel yang dihilirisasi, serta akselerasi dari sisi perdagangan dan informasi-komunikasi pasca semakin pulihnya kondisi ekonomi dan juga momen persiapan pelaksanaan STQ yang mempengaruhi peningkatan aktivitas perdagangan maupun tingkat kebutuhan media informasi-komunikasi di Maluku Utara.
Keuangan Pemerintah
Realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara sampai dengan triwulan III 2021 sebesar Rp1.783,11 Miliar atau sebesar 62,59% dari pagu anggaran pendapatan tahun 2021. Realisasi pendapatan pada triwulan III 2021 tercatat meningkat dari triwulan II 202I yang tercatat sebesar Rp817,17 Miliar.
Ditinjau dari sisi pengeluaran, belanja APBD hingga TW III 2021 mencapai Rp1.689,28 Miliar, atau mencapai 50,64% dari total pagu anggaran pendanaan belanja daerah yang dianggarkan untuk tahun 2021. Realisasi belanja APBD Pemerintah Provinsi Maluku Utara pada triwulan III 2021 mengalami peningkatan dari periode triwulan II 2021 yang terealisasi sebesar Rp391,58 Miliar.
Perkembangan Inflasi Daerah
Inflasi Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Inflasi Kota Ternate pada triwulan III 2021 tercatat sebesar 2,20% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan II 2021 sebesar 1,18% (yoy). Kelompok penyumbang inflasi terbesar sepanjang triwulan III 2021 adalah kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang mengalami inflasi sebesar 2,23% (yoy). Sedangkan kelompok transportasi mengalami deflasi yang paling tinggi yaitu sebesar 0,19% (yoy). Dari sisi komoditas, penyumbang andil inflasi tertinggi sepanjang triwulan III 2021 ialah komoditas Ikan cakalang, cakalang diawetkan, tomat, ikan malalugis, dan rokok kretek filter.
Secara akumulasi sampai dengan Oktober 2021, tercatat inflasi Provinsi Maluku Utara sebesar 1,07% (ytd), dengan pada bulan Oktober 2021 terjadi inflasi sebesar 0,66% (mtm). Terjadinya inflasi pada triwulan IV 2021 diperkirakan sebagai dampak dari meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat pada momen HBKN Natal dan tahun baru 2022. Selain itu, potensi musim hujan serta gelombang tinggi yang masih akan berlanjut pada bulan berjalan diprakirakan akan memengaruhi produktivitas hasil tangkap nelayan dan produksi petani. Namun demikian, masih berlakunya Pemberlakuan Pembatasan Perjalanan Masyarakat (PPKM) pada sejumlah wilayah akan membatasi sejumlah aktivitas keluar daerah maupun aktivitas masyarakat di dalam Kota yang berpotensi menahan aktivitas perdagangan dan konsumsi.
Analisis Stabilitas Keuangan Daerah
Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yang masih tetap tinggi serta iklim usaha yang semakin kondusif ditengah pandemi Covi-19 berdampak positif terhadap kinerja perbankan baik dari sisi penyaluran kredit maupun perbaikan risiko kredit. Kredit perbankan pada triwulan III tercatat tumbuh sebesar 10,13%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II sebesar 9,23%. Selanjutnya risiko kredit mengalami perbaikan yang tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) sektor perbankan yang membaik dari 1,47% pada triwulan II 2021 menjadi 1,38% pada triwulan III 2021. Hal tersebut didorong oleh perbaikan risiko kredit korporasi, dimana NPL sektor korporasi turun dari 3,09% pada triwulan II 2021 menjadi 2,76% pada triwulan III 2021. Sementara itu, kebutuhan masyarakat yang tinggi menjelang perhelatan STQ ke-XXVI dan pelonggaran PPKM mikro menyebabkan kontraksi pada sisi penghimpunan DPK perbankan sebesar 4,30%. Perbaikan risiko kredit dan ekspansi penyaluran kredit yang disalurkan perbankan menunjukkan bahwa kondisi stabilitas sistem keuangan di Provinsi Maluku Utara tetap terjaga.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Sepanjang triwulan III tahun 2021 terjadi penurunan transaksi pembayaran tunai seiring dengan berakhirnya HKBN jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi transaki tunai, secara agregat terjadi aliran keluar (net outflow) transaksi uang kartal antara Bank Indonesia dengan perbankan sebesar lebih dari Rp130 Miliar.
Sedangkan dari sisi non tunai kondisi pada triwulan III cukup bervariasi. Pertumbuhan positif terdapat pada penggunaan transaksi melalui RTGS dan penggunaan QRIS. Sedangkan oenggunaan transaksi melalui SKN dan APMK sedikit mengalami penurunan.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Maluku Utara pada Semester II 2021 tercatat sebesar 4,71%, membaik sebesar 0,35 basis poin dibandingkan periode pencatatan Semester I 2021 yang tercatat sebesar 5,06%, maupun Semester II 2020 yang tercatat sebesar 5,15%. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) masyarakat Maluku Utara juga terus mengalami peningkatan yang sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas serta jumlah angkatan kerja yang bekerja.
Pada triwulan III 2021 Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) yang menjadi salah satu parameter kesejahteraan petani di Maluku Utara memperoleh indeks 103,57, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 103,90, atau turun sebesar 0,33 basis poin dibandingkan triwulan sebelumnya. NTP Provinsi Maluku Utara pada triwulan III 2021 berada pada peringkat ke-4 (empat) dari 10 (sepuluh) provinsi di wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua).
Prospek Perekonomian
Perekonomian Provinsi Maluku Utara pada tahun 2021 diproyeksikan mengalami akselerasi dibandingkan tahun 2020 sejalan dengan semakin pulihnya kondisi perekonomian pasca membaiknya penanganan untuk pandemi Covid-19 serta tingginya akselerasi perekonomian yang ditopang industri pengolahan nikel. Dari sisi permintaan, akselerasi perekonomian pada tahun 2021 didorong oleh perbaikan konsumsi yang didukung oleh naiknya APBD Maluku Utara, semakin bertambahnya investasi, serta akselerasi ekspor luar negeri. Dari sisi LU, sektor industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, serta informasi dan komunikasi akan menjadi sektor utama yang menopang pertumbuhan ekonomi pada tahun berjalan.
Tekanan inflasi Maluku Utara pada tahun 2021 diprakirakan sedikit meningkat dibandingkan tahun sebelumnya namun tetap berada dalam rentang target inflasi nasional 3±1%, mendekati batas bawah target inflasi nasional. Memasuki akhir tahun 2021 inflasi diproyeksikan akan terus meningkat sejalan dengan pola seasonal realisasi belanja masyarakat maupun pemerintah pada momen HBKN Natal dan tahun baru sehingga berpotensi meningkatkan harga-harga.
Pada tahun 2022 perekonomian akan tetap tinggi meskipun sedikit terdeselerasi dibandingkan 2021, sementara inflasi tahun 2022 diproyeksikan meningkat.