Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan II
2022 meningkat dengan kuat. Peningkatan kinerja didukung oleh mobilitas
masyarakat yang terakselerasi pada periode Hari Besar dan Keagamaan Nasional
(HBKN) Idul Fitri 1443 H di tengah pandemi COVID-19 yang semakin terkendali.
Secara umum, perekonomian Lampung pada triwulan II 2022 tumbuh sebesar 5,22%
(yoy), meningkat jika dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi pada
triwulan I 2022 yang tumbuh 2,85% (yoy). Realisasi pertumbuhan ini juga
tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan 5,12% (yoy) pada triwulan II
2021.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Lampung
ditopang oleh peningkatan kinerja hampir seluruh komponen permintaan domestik
serta kinerja komponen eksternal yang membaik. Peningkatan kinerja Konsumsi RT
didorong oleh peningkatan optimisme masyarakat dan terealisasinya permintaan
yang terpendam (pent up demand). Selanjutnya, kinerja Investasi (PMTB)
pada triwulan laporan juga mengalami peningkatan didorong oleh peningkatan
jumlah pembangunan proyek pemerintah dan pihak swasta. Di sisi lain, kontraksi pertumbuhan komponen
Konsumsi Pemerintah kembali berlanjut pada triwulan laporan, bahkan semakin
dalam. Untuk komponen eksternal, kinerja ekspor pada triwulan II 2022 tercatat
meningkat meski disrupsi pasokan dunia akibat ketidakpastian tensi geopolitik
masih berlanjut.
Pertumbuhan perekonomian Provinsi Lampung pada triwulan II 2022 juga didorong oleh perbaikan kinerja LU utama Provinsi Lampung. Setelah mengalami kontraksi pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, produksi LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan serta LU Industri Pengolahan tercatat tumbuh dengan kuat pada triwulan laporan. Pada triwulan II 2022, LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tumbuh 2,39% (yoy) didorong oleh peningkatan produksi ubi kayu dan padi, sedangkan LU Industri Pengolahan tercatat tumbuh 8,42% (yoy) ditopang oleh perbaikan kinerja industri makanan dan minuman. Di samping itu, LU Perdagangan Besar dan Eceran (14,55%; yoy) serta LU Transportasi dan Pergudangan (14,21%; yoy) tetap tumbuh dengan kuat seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat pada periode HBKN Idul Fitri 1443 H.
Keuangan Pemerintah
Berdasarkan Raperda Anggaran Tahun 2022, alokasi
APBD Provinsi Lampung tercatat sebesar Rp6,56 triliun untuk anggaran pendapatan
dan Rp7,01 triliun untuk anggaran belanja. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan
terkait relaksasi pendapatan retribusi tetap dilanjutkan sebagai upaya
pemulihan di masa pandemi Covid-19. Penurunan belanja fiskal didorong oleh
penurunan belanja modal dan hibah, meski di sisi lain terdapat peningkatan
belanja modal pemerintah untuk perbaikan dan pembangunan infrastruktur jalan,
jaringan dan irigasi untuk mendukung upaya perbaikan ekonomi yang terdampak
Covid 19 selama tahun 2021.
Memasuki triwulan II 2022, realisasi penerimaan
anggaran pendapatan APBD Provinsi Lampung tercatat sebesar Rp2,88 triliun atau
mencapai 43,99% dari target penerimaan pendapatan tahun 2022 sebesar Rp6,56
triliun. Sedangkan pada sisi belanja daerah, realisasi penyerapan anggaran
belanja APBD Provinsi Lampung mencapai Rp2,20 triliun atau sebesar 31,45% dari
target anggaran belanja tahun 2022 sebesar Rp7,01 triliun. Pencapaian ini
secara nominal maupun persentase lebih tinggi dari realisasi triwulan II 2021
baik di sisi pendapatan maupun di sisi belanja daerah.
Inflasi
Indeks
harga konsumen Provinsi Lampung pada triwulan II 2022 secara bulanan tercatat
mengalami inflasi sebesar 0,88% (mtm), lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan I 2022 yang mencatat inflasi sebesar 0,31% (mtm). Secara garis besar,
tekanan inflasi di triwulan II 2022 didorong oleh meningkatnya permintaan
menjelang masuknya bulan Ramadhan dan HBKN Idul Fitri 1443 H. Selain itu, tidak
adanya larangan mudik pada periode HBKN mendorong permintaan dan mobilitas
masyarakat sehingga menyebabkan peningkatan tarif angkutan udara dan angkutan
antar kota. Di sisi lain, peningkatan harga pangan terus berlanjut seiring tren
peningkatan harga komoditas dunia yang masih persisten.
Secara tahunan, inflasi Provinsi Lampung pada
triwulan II 2022 tercatat di atas rentang sasaran Inflasi 3%±1, yaitu sebesar
5,00% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya 2,43% (yoy). Adapun
pencapaian tersebut terpantau lebih tinggi dibandingkan inflasi Nasional yang
tercatat sebesar 4,35% (yoy), namun lebih rendah dibandingkan inflasi Sumatera
yang tercatat sebesar 5,82% (yoy). Tekanan Inflasi IHK Provinsi Lampung di
triwulan II 2022 ini terutama di dorong oleh meningkatnya permintaan memasuki
periode HBKN Idul Fitri serta kenaikan harga pangan akibat berlanjutnya
kenaikan harga komoditas global. Secara tahunan, penyumbang inflasi terbesar
pada triwulan II 2022 adalah
oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil 3,47% dengan nilai
inflasi 11,94 % (yoy).
Menghadapi
tekanan inflasi pada triwulan II 2022, TPID tetap berkoordinasi dan
melaksanakan langkah pengendalian oleh Pemerintah Daerah dan instansi terkait
untuk memastikan keterjangkauan harga dengan melakukan pemantauan harga harian
dan memastikan ketersediaan pasokan melalui pendataan yang akurat dan penguatan
Kerjasama Antar Daerah (KAD). Upaya lainnya dari TPID adalah memastikan
kelancaran distribusi dan melakukan komunikasi efektif kepada masyarakat
terkait ketersediaan pasokan dan rencana pemenuhan pasokan sehingga dapat
memberi ekspektasi positif bagi masyarakat, sekaligus himbauan untuk berbelanja
secara bijak. Selain itu, KPw BI Provinsi Lampung turut mendukung Gernas
Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) sebagai langkah komitmen bersama untuk
mengoptimalkan upaya-upaya pengendalian inflasi dari sisi suplai dan mendorong
produksi guna mendukung ketahanan pangan secara integratif, masif, dan
berdampak nasional.
Stabilitas Keuangan Daerah dan Pengembangan UMKM
Kinerja sektor rumah tangga
tumbuh positif pada triwulan II 2022
sejalan dengan relaksasi pembatasan mobilitas penduduk serta berlangsungnya
HKBN Idul Fitri 1443 H. Bertahannya kinerja konsumsi rumah tangga pada periode
laporan terkonfirmasi dari meningkatnya optimisme masyarakat terhadap
perkembangan ekonomi pada triwulan berjalan yang tercermin dari Indeks Kondisi
Ekonomi (IKE) dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Sementara itu, kinerja
korporasi Lampung pada triwulan II 2022 tumbuh positif sejalan dengan
peningkatan permintaan domestik. Peningkatan kinerja korporasi berasal dari
peningkatan kinerja sektor perdagangan besar dan eceran.
Secara
umum, indikator utama kinerja Bank Umum (berdasarkan lokasi bank) di Provinsi
Lampung pada triwulan II 2022 cenderung stabil dibandingkan dengan triwulan I
2022. Di sisi lain, kinerja perbankan syariah pada triwulan II 2021 terpantau
meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, didorong oleh
pertumbuhan aset dan DPK. Selanjutnya, dukungan perbankan Lampung pada UMKM di
triwulan II 2022 mengalami peningkatan dengan kualitas kredit yang relatif
terjaga dibawah threshold 5%.
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
Airan uang kartal di Provinsi Lampung
pada triwulan II 2022 tercatat mengalami net inflow sebesar Rp0,39 triliun.
Kondisi net inflow yang terjadi pada periode laporan terpantau lebih rendah
jika dibandingkan Rp1,94 triliun pada triwulan sebelumnya sejalan dengan terakselerasinya
pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan II 2022.
Di sisi lain, nominal transaksi pembayaran
baik melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan Real Time
Gross Settlement (RTGS) tercatat terkontraksi jika dibandingkan triwulan
sebelumnya. Berlanjutnya tren penurunan nominal transaksi non tunai ini disebabkan
oleh pergeseran transaksi kliring kredit ke layanan BI-FAST serta kondisi
likuiditas perbankan yang cukup ample pada triwulan laporan. Meski
demikian, tren peningkatan belanja masyarakat pada triwulan laporan dapat
dikonfirmasi melalui nominal transaksi kartu ATM/D dan kredit yang meningkat
dengan kuat.
Sebagai upaya untuk
lebih memudahkan masyarakat dalam bertransaksi secara digital, Bank Indonesia
telah meluncurkan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) sejak
tahun 2019 sebagai suatu inovasi yang dapat menyatukan transaksi berbagai macam
QR dari berbagai Penyedia Jasa Pembayaran (PJP). Sampai dengan Juni 2022
terdapat 296.270 merchant QRIS yang tersebar di Provinsi Lampung. Jumlah
tersebut terus meningkat sejalan dengan tren peningkatan merchant QRIS yang ada
di Sumatera dalam rangka mendukung capaian target nasional sebanyak 15 juta
pengguna QRIS.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kondisi
ketenagakerjaan Provinsi Lampung pada Juni 2022 secara umum cenderung mengalami
perbaikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang
tercermin dari kenaikan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 0,78%
per Februari 2022. Kenaikan ini terutama didukung oleh bertambahnya serapan
penduduk yang bekerja secara absolut yang mencapai 4,76 juta pekerja (7,87%),
mengindikasikan suplai lapangan kerja yang meningkat sejalan dengan adanya
pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung sebesar 0,96% (qtq) dibanding triwulan IV
2021 dan meningkat 2,96% dibanding triwulan I 2021 (yoy). Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) Provinsi Lampung pada Februari 2022 tercatat terkontraksi sebesar
0,23% menjadi 4,31%. Meski demikian, angka ini tercatat masih berada di bawah
angka TPT nasional pada Februari 2022 yang sebesar 5,83%.
Secara
sektoral, ekonomi Provinsi Lampung masih ditopang oleh sektor pertanian dengan
pangsa terhadap PDRB pada triwulan II 2022 mencapai 28,65. Searah dengan
komposisi sektor ekonomi, penyerapan tenaga kerja didominasi oleh sektor
pertanian sebesar 42,54%, diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran
sebesar 19,21%. Pandemi COVID-19 yang masih berlangsung hingga triwulan II 2022
memiliki dampak langsung terhadap ketenagakerjaan di Provinsi Lampung, dimana
terdapat 340,6 ribu orang penduduk yang terdampak. Jika dibandingkan dengan
periode triwulan sebelumnya (Agustus 2021), terdapat penurunan tenaga kerja
yang terdampak sebesar 99,9 ribu orang atau sebesar 22,68%.
Sementara
itu, kesejahteraan pekerja yang mayoritas bekerja pada sektor pertanian relatif
melambat. Nilai Tukar petani (NTP) Provinsi Lampung pada triwulan II 2022 yang
tercatat sebesar 104,49, melambat dibanding triwulan I 2022 (0,17).
Persentase penduduk miskin Provinsi Lampung tercatat relatif tinggi (11,57%)
apabila dibandingkan dengan Nasional yang sebesar 9,54%. Provinsi Lampung
berada pada posisi tertinggi ke-4 di Sumatera. Secara nominal, jumlah penduduk
miskin di Provinsi Lampung mencapai 1,002 juta jiwa pada Maret 2022.
Prospek Ekonomi
Pada tahun 2022, pemulihan ekonomi Provinsi Lampung diperkirakan terus berlanjut, diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 4,5%–5,0%. Kinerja perekonomian ke depan akan didorong oleh daya beli masyarakat yang terus mengalami perbaikan dan mendorong peningkatan komponen permintaan domestik. Hal tersebut didukung oleh terkendalinya penyebaran COVID-19 di Provinsi Lampung seiring dengan akselerasi program vaksinasi yang terus berlanjut. Perkembangan ini tercermin dari realisasi program vaksinasi di Provinsi Lampung untuk dosis 1, dosis 2, dan booster dosis 3 yang masing-masing tercatat telah mencapai 91,97%, 73,46%, dan 18,72% pada 29 Agustus 2022, dengan realisasi penerima tertinggi pada kelompok produktif, yaitu SDM kesehatan, Petugas Publik, dan Masyarakat Umum. Capaian tersebut mendukung peningkatan kegiatan ekonomi dan tingkat partisipasi angkatan kerja sejalan dengan dampak penyebaran COVID-19 terhadap pasar tenaga kerja di Provinsi Lampung yang semakin memudar.
Prospek inflasi pada tahun 2022 diperkirakan akan sedikit lebih tinggi dari batas atas kisaran target inflasi 3±1%. Beberapa hal yang menjadi faktor pendorong tekanan inflasi di tahun 2022 diantaranya bersumber dari kelompok Volatile Food khususnya pada periode tanam komoditas hortikultura, libur hari besar dan kegamaan nasional, serta menjelang akhir tahun. Selain itu, tingginya harga pupuk, gandum, kedelai, dan jagung dunia pada tahun 2022 turut mendorong laju inflasi dari sisi supply. Di sisi lain, tekanan inflasi dari kelompok Administered Prices diprakirakan meningkat didorong oleh kenaikan tarif cukai rokok serta peningkatan harga BBM dan bahan bakar rumah tangga seiring dengan kenaikan harga energi dunia. Lebih lanjut, peningkatan permintaan yang berasal dari perbaikan permintaan masyarakat dan pent up demand yang teralisasi diperkirakan mendorong laju inflasi 2022, terutama pada kelompok inti. Kenaikan harga BBM dan bahan bakar rumah tangga juga berpotensi memberikan dampak tidak langsung yang cukup tinggi terhadap inflasi komponen inti.