Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
Ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) pada triwulan III 2025 tumbuh sebesar 4,26 % (yoy), atau melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan ekonomi Kaltim di periode laporan disebabkan oleh masih tertahannya kinerja LU Pertambangan akibat penurunan produksi batu bara. Tingginya curah hujan dan masih lemahnya permintaan negara mitra dagang utama menjadi penyebab utama melemahnya produksi batu bara Kaltim. Selanjutnya, LU konstruksi juga tercatat mengalami kontraksi semakin dalam seiring masih termoderasinya progress pembangunan IKN di periode pelaporan pasca percepatan di triwulan III 2024 (mengejar target penyelesaian pembangunan fase I di akhir 2024). Lebih lanjut, 3 (tiga) LU utama lainnya juga mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. LU industri pengolahan termoderasi pertumbuhannya seiring prakiraan penurunan kinerja industri CPO dan termoderasinya pertumbuhan industri refinery migas. LU pertanian juga tercatat melambat seiring tertahannya kinerja perkebunan kelapa sawit dan perlambatan subsektor perikanan yang terindikasi dari melemahnya volume ekspor perikanan. Adapun LU Perdagangan termoderasi akibat tertahannya jumlah kunjungan ke Kaltim seiring penurunan pelaksanaan event berskala nasional maupun regional. Sementara itu dari sisi pengeluaran, kinerja ekspor Kaltim tertahan seiring masih lemahnya ekspor komoditas utama seperti batu bara dan CPO. Selain itu, konsumsi rumah tangga juga termoderasi pertumbuhannya sejalan dengan penurunan indeks keyakinan konsumen.
Keuangan Pemerintah di Daerah
Realisasi belanja pemerintah secara tahunan di Wilayah Kaltim tercatat tumbuh lebih baik pada triwulan laporan sejalan dengan membaiknya pertumbuhan komponen konsumsi pemerintah pada PDRB Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Realisasi belanja pemerintah (APBN, APBD Prov, APBD Kab/Kota) pada triwulan III 2025 tercatat tumbuh sebesar - 9,86% (yoy), atau membaik dibandingkan dengan triwulan II 2025 yang turun lebih dalam sebesar -22,73% (yoy). Perbaikan ini terutama didukung oleh membaiknya pertumbuhan semua komponen realisasi belanja pemerintah, baik kategori APBN, APBD kabupaten/kota maupun APBD Provinsi . Selanjutnya, realisasi belanja untuk APBD Kabupaten/Kota justru telah tumbuh positif sebesar 1,97% (yoy), atau jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang turun sebesar -3,61% (yoy). Perbaikan realisasi belanja pemerintah tersebut didukung oleh dampak lanjutan upaya pemerintah dalam mendorong percepatan realisasi belanja daerah melalui sejumlah program: penggunaan e-catalog dan KKPD, monitoring evaluasi anggaran, serta penyederhanaan kontrak dan dokumen pengadaan Barang/Jasa; serta reward dan punishment. sejalan denagan perbaikan realisasi belanja, realisasi pendapatan pemerintah juga membaik pada triwulan laporan. Perbaikan tersebut didukung oleh membaiknya realisasi komponen dana transfer ke daerah didukung oleh kebijakan pemerintah pusat untuk meningkatkan realisasi dana transfer ke daerah pada triwulan III 2025, sebagai upaya stimulus fiskal untuk mendorong realisasi belanja dan pertumbuhan ekonomi daerah.
Perkembangan Inflasi Daerah
Inflasi Kaltim meningkat dibandingkan dengan realisasi triwulan sebelumnya namun masih terjaga dalam rentang target inflasi nasional. Inflasi Kalimantan Timur (Kaltim) pada triwulan III 2025 tercatat sebesar 1,77% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar 1,62% (yoy). Peningkatan tekanan harga komoditas bahan makanan serta harga emas perhiasan menjadi penyebab meningkatnya tekanan inflasi pada periode laporan. Namun demikian, laju inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penyesuaian harga BBM yang mengalami penurunan serta kebijakan diskon tiket angkutan udara. Secara spasial, kota sampel IHK Kaltim tertinggi terjadi di Kabupaten Penajam Utara dengan realisasi sebesar 2,83% (yoy), serta terendah tercatat di Kota Balikpapan sebesar 1,15% (yoy). Tren laju inflasi di seluruh Kabupaten/Kota tercatat meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terkecuali Kota Balikpapan.
Pembiayaan di Daerah serta Pengembangan Akses Keuangan dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Kinerja fungsi intermediasi perbankan di Kaltim tumbuh positif, serta turut didukung oleh tingkat risiko yang terjaga rendah. Penyaluran kredit Kaltim pada triwulan III 2025 tercatat tumbuh positif, setelah terkontraksi pada periode sebelumnya. Lebih lanjut, pertumbuhan kredit sektor utama Kaltim turut mengalami perbaikan pada periode laporan, diantaranya kredit pada sektor pertambangan, industri pengolahan, dan konstruksi. Penyaluran kredit yang tumbuh positif turut didukung oleh risiko kredit yang terjaga rendah, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) yang berada di bawah threshold 5%. Sejalan dengan kinerja kredit, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga turut mengalami perbaikan didorong oleh perbaikan pada giro. Lebih lanjut, DPK korporasi dan pemerintah turut mencatatkan perbaikan, mencerminkan kondisi likuiditas korporasi dan instansi pemerintah yang lebih baik. Adapun inklusivitas keuangan Kaltim cenderung stabil, tercermin dari pembiayaan syariah yang tumbuh kuat dan kredit UMKM yang terkontraksi namun tetap berada pada tingkat risiko yang rendah.
Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
Transaksi sistem pembayaran di Kaltim melanjutkan tren peningkatan pada triwulan III 2025, didorong oleh aktivitas ekonomi masyarakat yang masih terjaga. Transaksi sistem pembayaran melalui infrastruktur Bank Indonesia pada triwulan III 2025 tumbuh sebesar 8,59% (yoy) pada periode laporan. Hal tersebut didorong utamanya oleh akselerasi penggunaan BI-FAST dan Real Time Gross Settlement (RTGS) yang juga mengalami peningkatan secara nominal masing masing sebesar 8,13% (yoy) dan 14,94% (yoy). Di sisi lain, nominal transaksi sistem pembayaran non tunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) jutsru mengalami kontraksi sebesar 16,49% (yoy) pada periode laporan, sejalan dengan pergeseran preferensi masyarakat dan shifting penggunaan BI-FAST. Pada transaksi sistem pembayaran ritel, nominal transaksi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) mencatat peningkatan sebesar 152% (yoy) seiring minat masyarakat yang terus bertambah pada sistem pembayaran digital. Sejalan dengan QRIS, nominal transaksi Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) juga mengalami pertumbuhan sebesar 4,11% (yoy). Sementara itu dari sisi transaksi tunai, aliran uang kartal di Kaltim berada dalam posisi net outflow sebesar Rp1,51 triliun. Kondisi ini terjadi seiring dengan konsumsi masyarakat yang tetap terjaga.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Sejalan dengan kinerja ekonomi yang melambat, kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan turut menunjukkan penurunan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari penurunan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) serta peningkatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Namun demikian, kondisi kesejahteraan masyarakat tetap baik, terindikasi dari penurunan tingkat kemiskinan dan penurunan ketimpangan pendapatan.
Prospek Perekonomian Daerah
Dinamika perekonomian global dan domestik diwarnai oleh meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global dan kapasitas perekonomian nasional yang masih perlu ditingkatkan. Perekonomian provinsi Kalimantan Timur diprakirakan tumbuh melambat di titik tengah kisaran 4,30 - 5,10% (yoy), seiring termoderasinya kinerja permintaan ekspor batu bara, dan realisasi pembangunan proyek pemerintah maupun Ibu Kota Nusantara (IKN). Meskipun demikian, ekspansi industri pengolahan yang semakin masif, khususnya migas dan hilirisasi crude palm oil (CPO), menjadi faktor penahan perlambatan yang lebih dalam. Kendati demikian, prospek ekonomi di 2026 diprakirakan masih dapat tumbuh lebih tinggi di kisaran 4,30 - 5,10% (yoy) seiring potensi dari transformasi ekonomi di Kaltim dan implementasi program pemerintah pusat. Di sisi lain, Inflasi tahunan Kaltim di tahun 2025 diprakirakan tetap berada dalam koridor target dikisaran 2,5±1% (yoy) seiring masih terkendalinya dampak inflasi global dan nilai tukar Rupiah, serta upaya pengendalian inflasi yang konsisten dan intensif untuk mencapai stabilitas harga komoditas utama di Kalimantan Timur.