Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Kinerja
ekonomi Jawa Timur pada triwulan III 2021 masih tetap tumbuh positif,
meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja ekonomi Jawa
Timur pada triwulan III 2021 tumbuh 3,23% (yoy), melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya (7,07%, yoy). Lebih rendahnya kinerja pertumbuhan
ekonomi Jawa Timur pada triwulan III 2021 dari sisi permintaan terutama
disebabkan oleh perlambatan konsumsi Rumah Tangga (RT), investasi, serta
kinerja eksternal. Secara umum, penerapan PPKM Darurat pada 3 – 25
Juli 2021 yang dilanjutkan dengan PPKM berbasis level 3-4 dari 26 Juli –
2 Agustus 2021 untuk menekan laju penyebaran varian delta Covid-19
berimplikasi pada tertahannya aktivitas ekonomi masyakarat yang
berdampak pada tertahannya permintaan domestik yang tercermin dari lebih
rendahnya pertumbuhan Konsumsi RT pada triwulan III 2021 dibandingkan
triwulan II 2021. Penyebaran varian delta Covid-19 secara global turut
berimplikasi pada tertahannya permintaan eksternal yang berdampak pada
pertumbuhan ekspor LN Jawa Timur pada triwulan III 2021 yang lebih
rendah dibandingkan triwulan II 2021. Perlambatan permintaan domestik
dan eksternal tersebut berdampak pada lebih rendahnya pertumbuhan
investasi pada periode laporan.
Dari
sisi penawaran, hampir seluruh kinerja lapangan usaha (LU) utama di Jawa
Timur, yaitu LU Industri Pengolahan, Perdagangan, dan Penyediaan
Akomodasi, Makanan dan Minuman mengalami perlambatan pada triwulan III
2021. Permintaan domestik dan eksternal yang menurun sebagai implikasi
dari pembatasan operasionalisasi sektor-sektor ekonomi produktif untuk
menekan penyebaran Covid-19 menjadi faktor utama yang menyebabkan
perlambatan. Seluruh LU utama kecuali LU Pertanian dan Konstruksi
mengalami perlambatan dibandingkan triwulan II 2021. Sementara itu,
seluruh LU pendukung kecuali LU Informasi dan Komunikasi serta LU Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial mengalami perlambatan pada triwulan
laporan dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan LU
Informasi dan Komunikasi serta LU Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
didorong oleh peningkatan kembali aktivitas pembelajaran dan pekerjaan
secara daring sejalan dengan penerapan kebijakan pembatasan wilayah yang
lebih ketat pada awal triwulan III 2021. Sementara itu, kenaikan
kinerja LU Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dipengaruhi oleh
peningkatan aktivitas jasa kesehatan, terutama rumah sakit, klinik, dan
perdagangan obat serta vitamin untuk menangani peningkatan kasus
Covid-19 pada awal triwulan III 2021.
Perlambatan
kinerja ekonomi Jawa Timur yang lebih dalam tertahan oleh peningkatan
pertumbuhan konsumsi pemerintah dan perdagangan antardaerah dari sisi
permintaan. Kenaikan konsumsi pemerintah ditopang oleh tingginya
komitmen Pemerintah Pusat dan Daerah dalam penyaluran bantuan sosial
untuk menjaga daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19, khususnya
untuk kelompok pra-sejahtera. Sementara itu, pertumbuhan perdagangan
antardaerah pada triwulan III 2021 meningkat signifikan dibandingkan
triwulan II 2021. Peningkatan harga komoditas global mendukung masih
kuatnya kinerja ekonomi Kawasan Timur Indonesia, khususnya wilayah
Maluku dan Papua yang merupakan mitra dagang domestik utama Jawa Timur.
Hal tersebut menopang peningkatan kinerja perdagangan antardaerah pada
triwulan laporan. Lebih lanjut, peningkatan program misi dagang dan
inovasi kegiatan Pasar Murah Online Mandiri (PAMOR) oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Timur sepanjang triwulan III 2021 turut
mendukung tingginya peningkatan pertumbuhan perdagangan antardaerah Jawa
Timur pada periode laporan.
Asesmen Inflasi Daerah
Inflasi Jawa Timur pada triwulan III 2021 masih rendah yakni tercatat 1,92% (yoy), meski meningkat dibandingkan triwulan II 2021 (1,19%; yoy). Hal ini sejalan dengan perlambatan kinerja ekonomi Jawa Timur pada triwulan III 2021. Inflasi IHK Jawa Timur pada triwulan III 2021 yang lebih tinggi dari triwulan sebelumnya terutama bersumber dari kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau sejalan dengan berakhirnya masa panen raya hortikultura di Jawa Timur, kenaikan harga pakan ternak, meningkatnya harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar internasional, dan dampak kenaikan harga cukai pada berbagai komoditas rokok.
Pada triwulan IV 2021, inflasi IHK Jawa Timur diperkirakan masih terjaga dan berada pada koridor sasaran inflasi 3,0%±1% (yoy), dengan kecenderungan lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2021 terutama dipengaruhi oleh potensi kenaikan permintaan bahan makanan menjelang Natal dan Tahun Baru.
Asesmen Keuangan Pemerintah Daerah
Anggaran Belanja pemerintah Jawa Timur (APBD Provinsi dan APBD 38 Kabupaten/ Kota) tahun 2021 sebesar Rp134,85 triliun, mengalami penurunan -1,81% (yoy) dibandingkan anggaran pasca perubahan tahun 2020. Berdasarkan nominal dan pangsanya, APBD Kabupaten/Kota mendominasi anggaran pengeluaran pemerintah Jawa Timur (Rp101,92 triliun, pangsa 75,59%), sementara APBD Provinsi Jawa Timur tercatat sebesar Rp32,92 triliun, atau berkontribusi 24,41% dari anggaaran belanja.
Sampai dengan triwulan III 2021, total realisasi belanja daerah mencapai 51,85% dari pagu anggaran, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan III 2020 (52,51%). Realisasi pada APBD Provinsi tercatat 55,46%, lebih tinggi dibandingkan realisasi APBD Kabupaten/Kota yang sebesar 50,68% dari pagu anggaran.
Pembiayaan Daerah dan Pengembangan UMKM
Ketahanan
sektor korporasi dan rumah tangga Jawa Timur masih terjaga meskipun
pembiayaan ke sektor tersebut tertahan sejalan dengan perlambatan
kinerja ekonomi Jawa Timur pada triwulan III 2021. Kinerja sektor
korporasi dan rumah tangga terpantau melambat sejalan dengan perlambatan
hampir di seluruh lapangan usaha di Jawa Timur. Pertumbuhan kredit
korporasi terpantau melambat pada periode laporan disebabkan oleh
penurunan kebutuhan pembiayaan korporasi sejalan dengan lebih rendahnya
permintaan domestik dan eksternal. Kebijakan pembatasan aktivitas
ekonomi secara global untuk menekan merebaknya varian delta Covid-19
berimplikasi pada terbatasnya operasionalisasi industri, pusat
perdagangan, sarana perhubungan, dan mobilitas masyarakat sehingga
berdampak pada penurunan konsumsi domestik dan permintaan mitra dagang
luar negeri Jawa Timur. Lebih lanjut, pembatasan operasionalisasi
sektor-sektor ekonomi produktif di Jawa Timur ditengarai turut berdampak
pada penurunan pendapatan sekelompok masyarakat, khususnya tenaga kerja
informal, sehingga berimplikasi pada penurunan konsumsi masyarakat
lebih dalam. Penurunan konsumsi masyarakat Jawa Timur tercermin dari
deselerasi pertumbuhan Konsumsi RT PDRB Jawa Timur pada triwulan III
2021 dibandingkan triwulan II 2021. Sementara itu, perlambatan
permintaan eksternal tercermin dari lebih rendahnya pertumbuhan ekspor
LN PDRB Jawa Timur pada triwulan laporan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Meskipun penyaluran kredit korporasi pada triwulan laporan
mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya, DPK korporasi
mengalami peningkatan pada periode yang sama. Hal tersebut
mengindikasikan masih kuatnya kondisi keuangan korporasi dan masih
terdapat ruang optimalisasi penyaluran kredit ke depan. Lebih lanjut,
meskipun pertumbuhan DPK Rumah Tangga lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya, masih positifnya pertumbuhan DPK Rumah Tangga
mengindikasikan sebagian besar kelompok rumah tangga masih mampu
menyimpan dananya di perbankan di tengah penurunan kinerja ekonomi Jawa
Timur pada triwulan III 2021.
Intermediasi perbankan di Jawa Timur masih perlu ditingkatkan. Loan to Deposit Ratio
(LDR) perbankan di Jawa Timur pada triwulan III 2021 masih tercatat
rendah yakni 79,13%, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 84,03%. Melambatnya LDR karena pertumbuhan kredit yang
masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan DPK pada periode laporan.
Risiko
kredit perbankan di Jawa Timur pada triwulan III 2021 masih terjaga
dalam batas aman. Risiko kredit perbankan di Jawa Timur masih terjaga
dalam batas aman meskipun terjadi peningkatan rasio NPL (dari 4,20%
menjadi 4,41%). Sementara risiko likuiditas cenderung rendah.
Asesmen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
Pada triwulan III 2021 (data Juli s.d. Agustus 2021), pergerakan inflow (uang masuk) dan outflow (uang keluar) di Jawa Timur dalam posisi net-outflow sebesar Rp0,80 triliun yang menurun dari triwulan II 2021. Penurunan net-outflow
pada triwulan III 2021 (data Juli s.d. Agustus 2021) dibandingkan
triwulan II 2021 sejalan dengan menurunnya aktivitas masyarakat yang
terjadi seiring dengan pemberlakuan PPKM Darurat dan Berbasis Level
karena kembali meningkatnya angka positivity rate Covid-19,
terutama pada bulan Juli sehingga berimplikasi menahan konsumsi
masyarakat dan menurunnya penggunaan Uang Layak Edar (ULE) pada periode
laporan. Hal ini terkonfirmasi oleh penurunan pertumbuhan ekonomi Jawa
Timur pada triwulan III 2021 yang sebesar 3,23% (yoy) dari semula tumbuh
7,07% (yoy) pada triwulan II 2021.
Nominal
transaksi nontunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
(SKN-BI) dan pembayaran menggunakan kartu menunjukkan penurunan pada
triwulan III 2021. Meskipun demikian, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Layanan Pembayaran secara nontunai atas transaksi e-commerce
masih tetap kuat pada triwulan III 2021. Transaksi Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) dan pembayaran menggunakan kartu (Kartu
debit, ATM, dan Kartu Kredit) menunjukkan penurunan sejalan dengan
menurunnya aktivitas ekonomi masyarakat. Sementara itu, transaksi
melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
menunjukkan peningkatan pada triwulan III 2021 dibandingkan triwulan
sebelumnya. Hal tersebut mengindikasikan masih tingginya transaksi
dengan nilai besar yang belum ditransmisikan di sektor produktif pada
triwulan III 2021. Lebih lanjut, Layanan Pembayaran secara nontunai atas
transaksi e-commerce masih menunjukkan peningkatan
dibandingkan triwulan II 2021. Peningkatan transaksi Layanan Pembayaran
secara non-tunai atas transaksi e-commerce mengindikasikan
masih kuatnya konsumsi pada sekelompok masyarakat dan mengindikasikan
meningkatnya preferensi masyarakat dalam bertransaksi secara nontunai di
masa pandemi.
Pada triwulan III 2021,
jumlah agen LKD di Jawa Timur sebanyak 100.367 agen, meningkat 12,66%
(qtq) dibandingkan triwulan II 2021 yang sebanyak 89.086 agen. Sementara
itu, jumlah mesin ATM mengalami penurunan sebesar -0,52% (qtq) menjadi
sebanyak 11.932 ATM. Lebih lanjut, nominal transaksi menggunakan Alat
Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) mengalami penurunan sebesar -16,35%
(qtq) menjadi Rp132,14 triliun. Hal tersebut sebanding dengan transaksi
pembayaran melalui LKD yang tetap didominasi oleh transaksi pembayaran
tagihan rutin, yang juga menunjukkan penurunan, menjadi sebesar Rp964,08
miliar.
Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat
Kondisi
ketenagakerjaan pada Agustus 2021 relatif menurun dibandingkan Februari
2021, tercermin dari peningkatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
dari 5,18% pada Februari 2021 menjadi 5,73% dan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) menurun dari 66,14% menjadi 65,98%. Berdasarkan
tingkat pendidikannya, terdapat penurunan tenaga kerja pada tingkat
pendidikan yang ditamatkan mulai dari SD, SMP, dan Diploma I/II/III,
sementara tingkat pendidikan yang ditamatkan SMA, SMK, dan Universitas
mengalami peningkatan tenaga kerja.
Sementara
itu, kesejahteraan masyarakat pedesaan yang direpresentasikan dengan
Nilai Tukar Petani (NTP) meningkat pada triwulan III 2021 dan Nilai
Tukar Nelayan (NTN) meningkat pada triwulan III 2021. Peningkatan NTP
dari 99,03 menjadi 100,58, didorong oleh subsektor tanaman pangan,
tanaman perkebunan rakyat, dan perikanan. Sementara itu kenaikan NTN,
dari sebesar 101,24 menjadi 104,15, dipengaruhi oleh meningkatnya indeks
harga yang diterima nelayan (It) dari 109,40 menjadi 112,58, sedangkan
indeks harga yang dibayar nelayan (Ib) hanya meningkat terbatas dari
108,08 menjadi 108,10.
Secara
keseluruhan, pendemi Covid-19 memberikan tekanan pada tingkat kemiskinan
Jawa Timur yang mengalami kenaikan. Pada Maret 2021, jumlah penduduk
miskin Jawa Timur meningkat, dengan tingkat kemiskinan 11,40%, lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar
11,09%.
Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2021 dan 2022
Ekonomi
Jawa Timur pada keseluruhan tahun 2021 diperkirakan tumbuh lebih tinggi
dibandingkan tahun 2020 sejalan dengan perbaikan ekonomi global dan
domestik, namun dengan magnitude yang lebih rendah seiring
dengan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang
lebih ketat pada triwulan III 2021 untuk memutus rantai penularan
Covid-19. Dari sisi permintaan, perbaikan kinerja ekonomi Jawa Timur
diperkirakan bersumber dari membaiknya konsumsi RT dan LNPRT, investasi,
serta net ekspor antardaerah. Sementara ekspor LN juga diperkirakan
tetap tumbuh positif. Kebijakan vaksinasi yang berlangsung secara global
ditengarai mendorong semakin luasnya pembukaan sektor-sektor ekonomi
produktif dan peningkatan aktivitas masyarakat yang berimplikasi pada
kenaikan permintaan eksternal dan domestik. Dari sisi penawaran,
perbaikan ekonomi Jawa Timur diperkirakan ditopang oleh perbaikan
kinerja lapangan usaha utama, yakni Industri Pengolahan dan Perdagangan
sebagai respon atas kenaikan permintaan domestik dan eksternal. Lebih
lanjut, lapangan usaha Konstruksi diperkirakan turut terakselerasi
sejalan dengan perluasan pembukaan sektor-sektor ekonomi produktif
dengan protokol kesehatan serta pembangunan proyek-proyek infrastruktur
sesuai Perpres 80/2019.
Perekonomian
Jawa Timur pada tahun 2022 diperkirakan terakselerasi dibandingkan tahun
2021, sejalan dengan tren perbaikan ekonomi global dan domestik.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada 2022 diperkirakan membaik didorong
oleh mobilitas yang terus meningkat sejalan dengan akselerasi vaksinasi,
kinerja ekspor yang tetap kuat, pembukaan sektor-sektor prioritas yang
semakin luas, stimulus kebijakan yang berlanjut, serta masih
berlanjutnya penyelesaian proyek-proyek yang terdapat dalam Proyek
Strategis Nasional (PSN) dan Peraturan Presiden No.80 Tahun 2019.
Sementara
itu, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Jawa Timur tahun 2021
diperkirakan meningkat dibandingkan tahun 2020, namun masih berada dalam
sasaran inflasi nasional 3,0%±1% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi
sejalan dengan mulai pulihnya kinerja perekonomian sehingga berdampak
pada peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan sekunder dan tersier, di
antaranya inflasi kelompok sandang, pendidikan, dan transportasi.
Inflasi IHK Jawa Timur diperkirakan kembali meningkat pada tahun 2022
dibandingkan tahun 2021 sejalan dengan potensi berlanjutnya perbaikan
permintaan domestik yang ditopang oleh akselerasi vaksinasi Covid-19
yang mendorong semakin luasnya pembukaan sektor-sektor ekonomi produktif
yang berimplikasi pada kenaikan mobilitas masyarakat dan mendorong
peningkatan permintaan, khususnya untuk kebutuhan sekunder dan tersier.
Meskipun demikian dengan koordinasi pengendalian inflasi melaui Tim
Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah, inflasi diperkirakan tetap
terjaga di sasaran inflasi nasional 3,0%±1% (yoy).