Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan II 2024 tumbuh terakselerasi mengindikasikan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan II 2024 tercatat sebesar 4,71% (yoy) meningkat jika dibandingkan dengan triwulan I 2024 yang tumbuh 4,39% (yoy). Peningkatan didorong oleh perbaikan aktivitas ekonomi dampak momentum HBKN Idul Fitri dan Idul Adha yang disertai libur panjang sekolah mendorong geliat pariwisata. Sejalan dengan hal tersebut, terjadi peningkatan pada sisi Lapangan Usaha (LU) Perdagangan, LU Transportasi dan LU Pengolahan. Namun demikian, LU Pertanian melambat seiring dengan bencana alam banjir bandang pada Mei 2024 dan erupsi Gunung Marapi. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat tercatat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan wilayah Sumatera, namun masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Nasional yang masing-masing sebesar 4,48% (yoy) dan 5,05% (yoy).
Terhitung sejak Januari 2024, perhitungan inflasi Sumatera Barat telah mengacu pada Survei Biaya Hidup (SBH) 2022 dengan penambahan wilayah Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Pasaman Barat sebagai daerah sampel inflasi. Inflasi Sumatera Barat pada triwulan II 2024 sebesar 4,04% (yoy), meningkat dibandingkan pada triwulan I 2024 sebesar 3,93% (yoy). Peningkatan inflasi terutama didorong oleh gangguan pasokan akibat bencana erupsi Gunung Marapi, banjir, dan longsor di tengah akselerasi konsumsi masyarakat saat HBKN. Laju inflasi juga berasal dari kenaikan harga emas perhiasan dan tarif transportasi karena meningkatnya permintaan. Lebih lanjut, tarif transportasi yang naik juga didorong oleh putusnya jalan akibat bencana sehingga mendorong penyesuaian harga angkutan antar kota disamping menghambat kelancaran distribusi pangan.
Kegiatan intermediasi perbankan di Sumatera Barat pada triwulan II 2024 tumbuh kuat. Penyaluran kredit perbankan di Sumatera Barat tercatat senilai Rp75,36 triliun dengan laju pertumbuhan 8,22% (yoy) pada triwulan I 2024 naik menjadi senilai Rp76,94 triliun dengan laju pertumbuhan 10,76% (yoy) pada triwulan II 2024. Dari sisi risiko, kualitas kredit Sumatera Barat pada triwulan laporan tetap baik dengan risiko terjaga, tecermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) yang berada di bawah ambang batas 5%, yaitu sebesar 2,27%.
Pertumbuhan transaksi pembayaran digital melalui QRIS semakin meningkat. Jumlah merchant maupun pengguna QRIS Sumatera Barat tumbuh tumbuh masing-masing sebesar 27,32% (yoy) dan 40,67% (yoy). Peningkatan jumlah merchant dan jumlah pengguna QRIS merupakan hasil positif dari sinergi pelaksanaan berbagai program yang diinisiasi oleh Bank Indonesia, Penyedia Jasa Pembayaran, Pemerintah, dan industri untuk mendukung penggunaan QRIS dalam bertransaksi dengan cepat, mudah, murah, aman dan handal bagi masyarakat.