ASESMEN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH
- Perekonomian Riau pada triwulan III 2024 tumbuh lebih moderat sebesar 3,46% (yoy), dari realisasi triwulan sebelumnya sebesar 3,70% (yoy). Perlambatan ekonomi Riau pada triwulan III 2024 terutama disebabkan oleh pelemahan kinerja ekspor luar negeri dan konsumsi pemerintah. Perlambatan ekonomi negara mitra dagang utama, seperti Tingkok, menyebabkan permintaan terhadap komoditas utama Riau menurun. Hal ini tercermin pada penurunan kinerja ekspor non-migas, terutama pada komoditas Lemak dan Minyak Nabati (HS 15) dan Bubur Kayu (HS 47). Lebih lanjut, kinerja konsumsi pemerintah juga mencatat perlambatan sejalan dengan realisasi belanja barang dan jasa APBD yang lebih rendah.
- Dari sisi lapangan usaha (LU), perlambatan ekonomi Riau utamanya didorong oleh kinerja sektor ekonomi utama, yaitu LU Pertanian dan LU Industri Pengolahan. Kinerja LU Pertanian tumbuh melambat dipengaruhi oleh kinerja subsektor perkebunan yang melandai sejalan dengan penurunan produksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Sejalan dengan LU Pertanian, pertumbuhan LU Industri Pengolahan tercatat melambat dipengaruhi oleh tertahannya produksi CPO di tengah pelemahan permintaan eksternal. Hal ini terindikasi dari volume ekspor Lemak dan Minyak Nabati (HS 15) yang terkontraksi pada periode laporan.
ASESMEN KEUANGAN PEMERINTAH
- Pada triwulan III 2024, realisasi APBD konsolidasi di Provinsi Riau mencatatkan pertumbuhan positif. Realisasi pendapatan daerah dari Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota di Provinsi Riau mencapai Rp23,83 triliun atau tumbuh 14,49% (yoy) dibandingkan triwulan III 2023 yang tercatat sebesar Rp20,82 triliun. Sejalan dengan pendapatan, realisasi belanja daerah secara konsolidasi di Provinsi Riau terpantau turut meningkat, yaitu dari Rp20,97 triliun pada triwulan III 2023 menjadi Rp23,56 triliun atau tumbuh 12,34% (yoy) pada triwulan laporan.
- Sementara itu, realisasi APBD Provinsi Riau untuk komponen pendapatan daerah pada triwulan III 2024 mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi pada tahun sebelumnya. Komponen pendapatan daerah Provinsi Riau terealisasi sebesar Rp6,62 triliun atau tumbuh 15,21% (yoy) dari triwulan III 2023 yang tercatat sebesar Rp5,74 triliun. Jika ditinjau berdasarkan komponennya, peningkatan pertumbuhan tertinggi terjadi pada pendapatan transfer pemerintah pusat yang tumbuh 28,98% (yoy)
- Sejalan dengan pendapatan, realisasi komponen belanja daerah Provinsi Riau terpantau meningkat pada triwulan III 2024. Realisasi belanja daerah Riau tercatat sebesar Rp6,59 triliun atau tumbuh 4,64% (yoy) dibandingkan triwulan III 2023 yang sebesar Rp6,29 triliun. Peningkatan realisasi belanja terutama didorong oleh kenaikan realisasi pada komponen belanja operasi dan belanja modal.
ASESMEN PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
- Pada triwulan III 2024, inflasi sebesar 1,38% (yoy) pada triwulan III 2024, lebih rendah dibandingkan triwulan II 2024 sebesar 3,56% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan perkembangan inflasi Nasional yang mengalami penurunan dari 2,51% (yoy) pada triwulan II 2024 menjadi 1,84% (yoy) pada triwulan III 2024. Secara spasial, realisasi inflasi Riau berada pada urutan kedua terendah di Sumatera setelah Bangka Belitung.
- Berdasarkan kelompok pengeluaran, penurunan tekanan inflasi Riau terutama didorong oleh melandainya inflasi kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau; Penyediaan Makanan/Minuman Restoran; serta Transportasi. Di sisi lain, penurunan tekanan inflasi yang lebih lanjut ditahan oleh peningkatan inflasi terutama kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya. Secara spasial, penurunan tekanan inflasi terjadi pada seluruh Kota/Kab pantauan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Riau. Ke depan, inflasi Riau pada triwulan III 2024 dan keseluruhan tahun 2024 diprakirakan dapat terkendali dalam rentang sasaran inflasi 2,5% ± 1% (yoy).
ASESMEN PEMBIAYAAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN UMKM
- Ketahanan sistem keuangan di Provinsi Riau pada triwulan III 2024 masih terjaga baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja penyaluran kredit korporasi tercatat tumbuh lebih tinggi pada triwulan laporan sejalan dengan ekspansi pelaku usaha yang lebih baik di tengah ketidakpastian pasar keuangan global dan dinamika politik di dalam negeri. Di sisi lain, penyaluran kredit Rumah Tangga (RT) juga terpantau meningkat sejalan dengan kinerja positif konsumsi rumah tangga dan didukung oleh daya beli masyarakat yang masih terjaga.
- Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi disertai dengan peningkatan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan laporan. Ketiga (DPK) pada triwulan laporan. Kinerja DPK pada triwulan III 2024 tumbuh 7,43% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,06% (yoy). Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Riau pada triwulan III 2024 tercatat sebesar 78,26%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 78,09% (yoy). Meskipun terdapat peningkatan, kondisi likuiditas perbankan masih cukup longgar untuk mendorong penyaluran kredit lebih tinggi.
ASESMEN PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
- Pada triwulan III 2024, transaksi pembayaran tunai di Provinsi Riau mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pergerakan inflow (uang masuk) dan outflow (uang keluar) di Bank Indonesia Riau tercatat net-outflow sebesar Rp2,78 triliun. Kondisi net-outflow pada triwulan laporan melanjutkan tren pada triwulan sebelumnya yang mengalami net-outflow sebesar Rp2,72 triliun.
- Transaksi nontunai di Riau pada triwulan III 2024 tercatat melambat sebagaimana terindikasi dari SKNBI, Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), dan transaksi Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK). Nominal transaksi kliring di Provinsi Riau mengalami kontraksi sebesar 13,07% (yoy), meski tidak sedalam triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 13,63% (yoy). Sementara itu, transaksi melalui BI-RTGS tercatat mengalami kontraksi 4,25% (yoy) atau senilai Rp43,46 triliun, lebih dalam dibandingkan kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 2,18 (yoy) atau senilai Rp40,73 triliun. Lebih lanjut, volume transaksi melalui APMK juga melemah pada triwulan III 2024. Di sisi lain, kinerja transaksi Uang Elektronik (UE) tercatat tumbuh 21,3% (yoy) atau senilai Rp1,87 triliun pada triwulan laporan. Secara spasial, transaksi belanja mendominasi keseluruhan jenis transaksi UE dengan nilai Rp1,38 triliun atau dengan pangsa sebesar 73,97%.
ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
- Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Riau pada Agustus 2024 menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan Februari 2024, maupun terhadap periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini tercermin dari penurunan TPT Provinsi Riau pada Agustus 2024 sebesar 3,70%, dibandingkan Februari 2024 dan Agustus 2023 yang masing-masing sebesar 3,85% dan 4,23%. Hal ini mengindikasikan pemulihan ekonomi Riau yang terus berlanjut sehingga mampu menyerap tenaga kerja.
- Sejalan dengan perbaikan indikator ketenagakerjaan, indikator kemiskinan juga turut mengalami perbaikan. Tingkat kemiskinan tercatat sebesar 6,67% pada rilis BPS periode Maret 2024, menurun dibandingkan September 2022 yang sebesar 6,84%, maupun terhadap Maret 2023 yang sebesar 6,68%. Lebih lanjut, kesejahteraan masyarakat pedesaan yang terefleksi dari pergerakan Nilai Tukar Petani (NTP), Berdasarkan indikator Nilai Tukar Petani (NTP), pada triwulan III 2024 NTP meningkat 4,96% (qtq), dari 168,55 pada Juni 2024 menjadi 176,91 pada September 2024.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
- Perekonomian Riau pada tahun 2024 diprakirakan tetap tumbuh solid meski tidak sekuat tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Riau diprakirakan berada pada kisaran 3,2 - 4,0% (yoy), cenderung bias bawah dan melambat dibandingkan tahun 2023 yang tumbuh sebesar 4,21% (yoy). Perlambatan ekonomi Riau tahun 2024 terutama dipengaruhi oleh penurunan kinerja investasi, serta prospek ekspor yang diprakirakan masih tertahan sejalan dengan pelemahan permintaan komoditas ekspor Riau dari negara mitra dagang utama. Meskipun demikian, potensi perbaikan negara ASEAN, serta negara tujuan ekspor LN non-tradisional diprakirakan menahan penurunan kinerja ekspor LN Riau lebih dalam pada tahun 2024.
- Inflasi IHK Riau pada tahun 2024 diprakirakan berada di antara rentang kisaran sasaran inflasi 2,5%±1% (yoy). Tekanan inflasi yang diprakirakan lebih rendah di 2024 utamanya dikontribusikan oleh harga komoditas pangan global bias bawah, sementara kebijakan pengendalian inflasi akan terus diperkuat di tengah permintaan dan ekspektasi inflasi yang terjaga. Upaya pengendalian inflasi melalui kerangka 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif) dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) terus diperkuat pada tahun 2024 untuk meredam kenaikan harga di wilayah Riau, khususnya pada komoditas pangan.