Laporan Perekonomian Provinsi

BI Icon
Bank Indonesia, BPS, SKPD terkait dan Pelaku Usaha
12/8/2020 9:00 AM
Hits: 4407

Laporan Perekonomian DI Yogyakarta November 2020

DI Yogyakarta
Triwulan

Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS, pada Triwulan III 2020 ekonomi DIY menunjukkan pemulihan. Realisasi pertumbuhan PDRB DIY naik 9,24% (qtq), setelah dua triwulan berturut turut mengalami kontraksi. Namun demikian bila dilihat secara tahunan, ekonomi DIY triwulan III masih mencatatkan kontraksi 2,84% (yoy). Kinerja perekonomian DIY ini, lebih baik jika dibandingkan Nasional dan Jawa, masing-masing kontraksi 3,49 (yoy) dan 4,00% (yoy). 

Berdasarkan Lapangan Usaha (LU), beberapa sektor utama di DIY masih mengalami pertumbuhan positif, antara lain LU  Pertanian dan Informasi Komunikasi. Sektor pertanian pada triwulan III masih melanjutkan masa panen utamanya untuk komoditas bawang merah, aneka cabai, dan tembakau. Aktivitas ekonomi yang mulai bergerak seiring dengan reaktivasi sektor pariwisata menyebabkan serapan komoditas pangan secara perlahan meningkat. Sementara itu pertumbuhan sektor Informasi dan Komunikasi terus meningkat seiring dengan pola pembelajaran jarak jauh secara daring sejak awal Maret 2020. Bahkan sejak September 2020, pemerintah menyalurkan bantuan kuota internet untuk menunjang kegiatan pendidikan. Meningkatnya animo masyarakat untuk melakukan belanja daring di masa pandemi juga turut mendukung pertumbuhan sektor ini. Selain itu penyediaan jaringan telekomunikasi di lokasi wisata pantai, embung, desa wisata, dan destinasi wisata lainnya di Kab. Gunungkidul juga memberikan pengaruh peningkatan aktivitas telekomunikasi dan informasi.

Aktivitas beberapa LU seperti Industri Pengolahan, Akomodasi Makanan Minuman, serta Konstruksi mengalami perbaikan dibanding triwulan sebelumnya. Naiknya kinerja LU industri pengolahan sejalan dengan aktivitas industri yang mulai meningkat, utamanya pada kelompok makanan dan minuman, tekstil, industri kayu dan furnitur, hingga industri barang galian bukan logam. Sementara itu, LU Akomodasi Makan Minum mulai meningkat sejak dibukanya kembali pembatasan arus lalu lintas di perbatasan wilayah DIY pada awal Juli dan dibukanya beberapa objek wisata di DIY. LU Konstruksi juga mengalami kenaikan sejalan dengan progres pembangunan KA Bandara YIA maupun pembebasan lahan tol yang terus berjalan.

Dari kelompok pengeluaran, kinerja seluruh komponen juga mencatatkan perbaikan. Konsumsi RT meningkat seiring meningkatnya pendapatan dengan mulai bergeraknya beberapa sektor pada masa kebiasaan baru. Kinerja investasi juga mencatatkan perbaikan, meski masih terbatas, dengan mulai kembalinya pengerjaan proyek strategis nasional dan proyek pemerintah daerah yang sempat ditunda pada semester awal 2020. Prospek perbaikan pertumbuhan ekonomi dan konsumsi global juga mendorong peningkatan ekspor DIY pada triwulan laporan. 

Perbaikan kinerja perekonomian tersebut juga tercermin dari perbaikan kinerja korporasi dan rumah tangga di DIY. Pada triwulan III 2020, ketahanan korporasi mengalami perbaikan. Stimulus yang diberikan oleh pemerintah dan perbankan turut menopang korporasi di tengah pandemi. Untuk tetap menjaga pemulihan korporasi, pemerintah telah memberikan stimulus fiskal, di antaranya melalui restrukturisasi kredit perbankan yang mampu memangkas kredit macet korporasi menjadi 6,25% (yoy). Bantuan bagi masyarakat miskin dan terdampak COVID-19 melalui program bantuan sembako, Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Langsung Tunai (BLT) hingga kartu pra-kerja juga masih disalurkan sebagai penopang konsumsi rumah tangga. Selain itu, rumah tangga menengah ke atas juga mulai meningkatkan konsumsi walaupun masih terbatas. Bantuan subsidi pemerintah untuk pemilik KPR dan KKB juga mampu menurunkan kredit macet konsumsi rumah tangga hingga di level 1,57%, yang menurun dari triwulan sebelumnya (1,82%).

Walaupun kinerja ekonomi DIY pada triwulan III 2020 mulai meningkat, namun tingkat inflasi DIY masih menurun. Inflasi DIY triwulan III 2020 tercatat 1,65% (yoy), lebih rendah dibanding realisasi pada triwulan sebelumnya (1,95%; yoy). Realisasi tersebut juga lebih rendah dibanding sasaran yang telah ditetapkan yakni 3,0%±1% (yoy). Namun demikian ekspektasi inflasi masyarakat masih dalam level yang terjaga, sehingga pergerakan harga komoditas masih tetap berada pada rentang yang wajar.

Terkontraksinya pertumbuhan ekonomi di DIY pada Triwulan III 2020 berdampak pada turunnya penyerapan tenaga kerja di DIY dan meningkatnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Pandemi COVID-19 yang menyebabkan belum pulihnya aktivitas pariwisata dan kegiatan yang membutuhkan mobilitas berdampak signifikan terhadap menurunnya penyerapan tenaga kerja pada lapangan usaha terkait, antara lain LU Akomodasi dan Makan Minum, LU Transportasi, dan LU Konstruksi. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) DIY juga tercatat 4,57%, lebih tinggi dari Agustus 2019 sebesar 3,18%. Selain berpengaruh terhadap meningkatnya pengangguran, COVID-19 juga berdampak terhadap pergeseran angkatan kerja, peningkatan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja, dan penduduk usia kerja yang sementara tidak bekerja.

Untuk mengatasi pandemi dan memulihkan perekonomian agar tidak turun lebih dalam, Bank Indonesia dan pemerintah melakukan penambahan likuiditas (quantitative easing / QE) melalui jalur fiskal dan perbankan. QE dari jalur fiskal dilakukan dengan meningkatkan defisit anggaran yang dibiayai melalui penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ke Bank Indonesia. Hingga triwulan III 2020, realisasi belanja negara di daerah terus dipercepat, dengan realisasi di DIY mencapai 62,1%. Penyerapan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di daerah juga terus didorong dengan pemberlakuan relaksasi ketentuan pada level operasional dan administrasi. Sampai dengan September 2020, anggaran belanja pemerintah DIY, kota, dan kabupaten se-DIY telah terealisasi 63,3%. 

Adapun kebijakan QE dari jalur lembaga intermediasi perbankan juga terus dilakukan. Bank Indonesia telah memangkas BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 125bps dari posisi awal tahun menjadi 3,75%. Selain itu QE kepada perbankan dilakukan melalui strategi ekspansi moneter dan operasi moneter Bank Indonesia dilakukan melalui pembelian SBN dari pasar sekunder, penyediaan likuiditas ke perbankan melalui mekanisme term repurchase agreement (repo), serta penurunan Giro Wajib Minimum (GWM). Pemerintah juga melakukan penempatan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) kepada bank mitra, untuk memastikan likuiditas perbankan lebih dari cukup, sehingga perbankan mampu untuk merestrukturisasi kredit dari debitur yang terdampak COVID-19.

Untuk menekan dampak pandemi, Bank Indonesia terus mendorong digitalisasi UMKM berbasis QRIS. Akselerasi digitalisasi UMKM terus dilakukan akibat adanya pembatasan belanja fisik. Bank Indonesia berkolaborasi dengan stakeholder melakukan pelatihan dan bimbingan kepada UMKM agar mampu merambah pasar online (e-commerce). Hal ini didukung dengan meningkatkan kapasitas sistem pembayaran UMKM dari dominasi tunai menjadi nontunai melalui QRIS. Upaya ini menunjukkan hasil yang positif dimana transaksi uang elektronik meningkat 342% (yoy) sepanjang triwulan III 2020.

Secara umum perekonomian DIY pada 2020 kami perkirakan menurun. Meskipun mengalami penurunan, kami perkirakan pertumbuhan ekonomi DIY 2020 dapat tumbuh lebih baik jika dibandingkan dengan proyeksi yang dilakukan sebelumnya seiring dengan realisasi kinerja perekonomian DIY pada triwulan III yang lebih baik dari perkiraan. Sementara itu, inflasi DIY pada 2020 diperkirakan juga lebih rendah dari 2019 dan juga lebih rendah dari kisaran target yang ditetapkan yakni 3,0±1% (yoy).


Lampiran
Kontak
​​​Tim Perumusan Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah
Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY
JL. P. Senopati no.4-6 Yogyakarta
Telp. 0274-377755 Fax. 0274-371707
Halaman ini terakhir diperbarui 2/16/2021 11:21 PM
Apakah halaman ini bermanfaat?
Terima Kasih! Apakah Anda ingin memberikan rincian lebih detail?

Baca Juga