Perkembangan teknologi digital saat ini telah membawa kemudahan, kecepatan, dan efisiensi dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi.
Namun, dibalik potensi digitalisasi yang sangat besar ada risiko yang menyertai digitalisasi. Risiko secara langsung seperti serangan cyber, kebocoran data, fraud, dan kerusakan infrastruktur hingga risiko tidak langsung yang akan mempengaruhi kredibilitas, finansial, dan aspek sosial.
Bahkan, risiko digital ini dapat menjadi risiko sistemik karena hampir seluruh elemen perekonomian telah terhubung secara kompleks melalui digitalisasi.
Dilatarbelakangi isu dan permasalahan tersebut, BI Institute menggelar Open Lecture Series ke-38 pada Jumat, 10 Maret 2023, dengan topik “Digital Resilience: Building The Future Ready Central Bank".
Acara Open Lecture Series ke-38 dibuka oleh Clarita Ligaya Iskandar, Direktur BI Institute, dan dihadiri oleh lebih kurang 300 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk internal Bank Indonesia, perwakilan lembaga dan kementerian, serta civitas akademika dari berbagai universitas di Indonesia.
Kegiatan BI Institute pada kali ini menghadirkan Dr. A. Prasetyantoko, Rektor Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya sebagai pembicara dan Emilia Andam Suri, Deputi Direktur BI Institute sebagai moderator.
Dalam presentasinya, Dr. A. Prasetyantoko membahas tentang pentingnya digital resilience sebagai aspek esensial yang wajib dimiliki oleh organisasi, termasuk bank sentral dan lembaga lainnya.
Digital Resilience atau ketahanan digital adalah kemampuan suatu organisasi untuk terus beroperasi meskipun mengalami gangguan atau kerusakan, serta tetap menjaga kepercayaan pelanggan, reputasi, dan menghindari kerugian finansial.
Kerangka digital resilience yang terstruktur menjadi strategi penting dalam membentengi diri dari berbagai risiko digital yang pada akhirnya akan menjaga kredibilitas suatu lembaga.
Tidak hanya berkaitan dengan infrastruktur digital, namun juga berkaitan dengan proses mitigasi, kebijakan terkait digital, dan paling utama adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM), mengingat aspek SDM berpeluang menjadi celah dalam pengamanan dan ketahanan siber
Acara ini berlangsung secara daring, meski demikian antusiasme peserta tetap tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa digital resilience menjadi topik yang penting dan relevan dalam perkembangan ekonomi saat ini.
Melalui kegiatan ini, diharapkan peserta dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya digital resilience dalam menjaga keamanan dan kredibilitas lembaga, serta dapat mengimplementasikan kerangka digital resilience dalam organisasi masing-masing.
