
AKARTA - Dalam rangka mempersiapkan diri menghdapi pemulihan ekonomi pasca pandemi
covid -19,
BI Institute bekerja sama dengan Departemen Pengelolaan Devisa (DPD)
Bank Indonesia melaksanakan Bank Indonesia Investment Seminar (BIIS)
2021 pada tanggal 8-10 September 2021. Kegiatan BIIS 2021 mengangkat
tema
Reserve Management Strategy in Diverging Economic Recoveries dan diikuti oleh ± 200 peserta yang merupakan
central bankers dari berbagai negara, peneliti ekonomi dan pegawai Bank Indonesia.
Acara dibuka dengan welcoming remarks Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Devisa Bank Indonesia, Rudy B. Hutabarat. Keynote speech
disampaikan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo, yang
menekankan agar bersiap menghadapi dinamika perekonomian global pasca covid-19
dan mempersiapkan langkah-langkah pemulihan ekonomi ditengah pengetatan
kegiatan ekonomi yang diprediksi akan diambil beberapa negara maju.
Seminar hari ke-1 diawali dengan pemaparan dari Joseph Briggs (Economist, Global Sachs) dengan tema Diverging Global Economic Recoveries: Macro Backdrop and Rates Outlook. Dalam paparannya Joseph Briggs menyatakan sebagai benchmark, Amerika diprediksi akan mengalamai perlambatan pertumbuhan ekonomi pada 2022 yang disebabkan penyebaran varian baru dari virus covid-19 dan penetapan lockdown.
Begitu juga diberbagai negara lainnya. Pemulihan ekonomi akan
dipengaruhi tingkat efikasi vaksin, seberapa luas vaksinasi menjangkau
lapisan masyarakat dan hospitality yang bisa disediakan negara dalam menghadapi covid-19.
Selanjutnya Priya Misra (Global Head of Rates Strategy, TD Securities), menyampaikan bahwa varian-varian baru covid-19 menjadi tantangan dalam pemulihan ekonomi. Akibatnya negara-negara maju seperti Amerika Serikat diprediksi akan melanjutkan tapering yang juga akan berdampak pada perekonomian dunia. Oleh sebab itu bank sentral didorong untuk menjalankan policy mix, berupa zero covid tolerance policy.
Sesi berikutnya dilanjutkan pemaparan dari Massimiliano Castelli (Head of Strategy and Advice, Sovereign Institution, UBS Asset Management) dengan tema Central Bank Reserve Management
yang memprediksi bahwa pada 2021 ekuitas masih akan mendorong
pertumbuhan sektor riil. Oleh sebab itu bank sentral diharapkan mampu
melakukan diversifikasi dengan berinvestasi di illiquid asset.
Pada seminar hari ke-2 pemaparan dibuka oleh Timothy J. Crawmer (Global Credit Strategist, Payden & Rigel), dengan tema Managing FX Reserves in Diverging Economic Recoveries. Menurutnya tedapat 4 poin tekait pemulihan ekonomi, yaitu:
- Pertumbuhan ekonomi akan terus berlanjut
- Akan terus muncul permintaan yang tinggi untuk industri jasa
- Inflasi masih relative tinggi
- Bank sentral akan terus melakukan penurungan suku bunga atau pelonggaran kuantitatif untuk merangsang pertumbuhan ekonomi
Selanjutnya, Kristin J. Ceva (Senior Portofolio Manager, Payden & Rigel), menambahkan bahwa nilai relatif negara berkembang lebih menjanjikan di fixed income markets, sementara nilai absolut memungkinkan untuk menjadi penyangga dari kenaikan tarif.
Pada sesi berikutnya, Stephan Meschenmoser (Senior Portofolio Strategist, Blackrock) mengangkat tema Alternate Instruments in Reserve Management. Ia menegaskan bahwa tantangn dalam pemulihan ekonomi bagi bank sentral adalah keamanan, liquiditas, dan return. Likuiditas akan bergantung oleh low yield dan potensi return yang lebih tinggi
Pada hari ke-3, mengangkat tema Emerging Market Economic Policy: Where It Differ, sesi pertama diisi oleh Gerwin Bell (Lead Economist for Asia on Global Macroeconomic Research, PGIM) dan Jahangir Azis (Head of Emerging Market Economics and Commodities Research, JP Morgan).
Dalam pemaparannya mereka menjelaskan bahwa bagi negara berkembang
pemulihan kan dipimpin oleh sektor ekspor. Namun harus diperhatikan
bahwa pengetatan yang dilakukan oleh negara maju akan mempengaruhi ruang
fiskal.Vaksin covid-19 adalah startegi terbaik untuk medukungan
pemulihan ekonomi dalam jangka pendek. Protokol covid-19 di
Asia akan mempengaruhi bagaimana komoditas diperjualbelikan, Oleh sebab
itu pada 2022 banyak negara berkembang yang masih akan mengalami negative output.
Pada sesi terakhir pemaparan disampaikan oleh Mike Mcmorrow (Senior Asset Management Specialist, Bank for International Settelments) dengan tema Getting Closer to Sustainable Goals: The Role of Reserve Managers.
Mike Mcmorrow menyampaikan bahwa terdapat hubungan antara bank sentral,
sustainability, dan managemen devisa. Integrasi tersebut dapat dicapai
oleh bank sentral jika menaruh perhatian lebih pada green bond dan ESG.
Pada akhir hari ketiga, kegiatan BI Investment Seminar 2021 secara resmi ditutup oleh Direktur BI Institute, Arlyana Abubakar.