Perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan sejak masa lampau hingga memasuki abad ke-20 bercorak ekonomi perkebunan dengan sungai sebagai tulang punggung utama lalu lintas distribusi komoditas dagang. Pemanfaatan sungai sebagai jalur transportasi dan pendukung ekonomi masyarakat Kalimantan Selatan terlihat pada keberadaan pasar terapung Muara Kuin di Sungai Barito. Pasar terapung Muara Kuin ini sudah menjadi simbol aktifitas ekonomi di Banjarmasin sejak zaman Kesultanan Banjarmasin. Geliat ekonomi di bumi Kalimantan Selatan tersebut sangat menarik minat investor untuk membuka usaha yang kemudian diikuti dengan hadirnya lembaga-lembaga perbankan seperti De Javasche Bank (DJB) pada masa kolonial tersebut.
Berdiri pada 1 Agustus 1907, DJB Agentschap Bandjermasin berperan sebagai bank sirkulasi serta bank komersial yang memberikan jasa atau layanan perbankan di wilayah Kalimantan Selatan. Terjadinya peralihan kekuasaan di wilayah Indonesia pada periode tersebut ditandai pula dengan perubahan struktur pemerintahan termasuk kebijakan, seperti halnya yang dilakukan oleh Jepang melalui likuidasi DJB menjadi Nanpo Kaihatsu Ginko (NKG). Namun demikian, Belanda (NICA) yang berhasil menduduki kembali wilayah Republik Indonesia membuka DJB kembali di Banjarmasin pada tahun 1946.
Sebagai upaya mendokumentasikan institutional memory Bank Indonesia, buku ini hadir guna memperkaya referensi akademis di bidang ilmu sejarah ekonomi.