Sumatera timur pada abad ke-19 merupakan pusat perkebunan dengan komoditas bernilai jual tinggi. Namun, intensitas eksporimpor dalam perdagangan berimbas pada maraknya peredaran uang asing. Sejak masa kolonial, setidaknya ada sembilan mata uang asing yang beredar dan lebih populer dibanding mata uang gulden. Buku ini bercerita sejarah peredaran mata uang di sumatera timur yang tidak hanya dijadikan sebagai sekadar alat tukar, namun memberikan kita pemahaman baru bahwa uang sebagi alat
perjuangan.
Buku dapat dibaca secara lengkap di Perpustakaan Kantor Pusat Bank Indonesia