EKONOMI MAKRO REGIONAL
Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan I 2024 tumbuh sebesar 3,61% (yoy), setelah mampu tumbuh mencapai 4,14% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT masih lebih rendah dibandingkan dengan Nasional yang tumbuh sebesar 5,11% (yoy). Kinerja perekonomian pada triwulan I utamanya didorong oleh meningkatnya konsumsi pemerintah dengan pelaksanaan Pemilihan Umum pada Februari 2024 serta pencairan dana Tunjangan Hari Raya (THR) Aparatur Sipil Negara (ASN) pada akhir Maret. Sementara itu, faktor penahan laju pertumbuhan pada triwulan I 2024 disebabkan oleh terkontraksinya Lapangan Usaha (LU) Pertanian sebagai LU utama di Provinsi NTT. Kontraksi terutama disebabkan oleh fenomena El Nino pada tahun 2023 yang menyebabkan pergeseran Musim Tanam (MT) pada tanaman pangan.
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Kinerja realisasi total belanja pemerintah (APBD dan APBN) di Provinsi NTT pada triwulan I 2024 sedikit melambat dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang disebabkan oleh melambatnya kinerja realisasi APBN dan APBD kota/kabupaten. Total belanja tercatat sebesar Rp10,02 triliun, atau tumbuh sebesar 8,12% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan I 2023 yang mencapai 8,80% (yoy). Kondisi ini seiring dengan terkontraksinya belanja modal di tengah periode Pemilu serta kewajiban pencadangan dana Pilkada. Meskipun demikian, nominal realisasi tersebut mencapai 14,52% dari total anggaran, meningkat dibandingkan triwulan I 2023 dengan realisasi sebesar 13,85%. Sementara itu, realisasi belanja APBD Provinsi tercatat mengalami perbaikan yang didorong oleh peningkatan belanja operasi di tengah penyaluran Tunjangan Hari Raya (THR) bagi Aparatur Sipil Negara (ASN). Di sisi lain, realisasi pendapatan pemerintah pada triwulan I 2024 tercatat terkontraksi sebesar -17,48% (yoy) dengan realisasi yang mencakup 12,75% dari total pagu. Terkontraksinya realisasi pendapatan seiring dengan masa transisi adaptasi penerapan kebijakan pelaporan penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAU) specific grant untuk meningkatkan governance.
PERKEMBANGAN INFLASI
Inflasi Provinsi NTT pada triwulan I 2024 tercatat sebesar 1,92% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 2,42% (yoy). Tingkat inflasi tersebut juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 3,05% (yoy). Tekanan inflasi terutama bersumber dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta kelompok transportasi. Komoditas beras, daging ayam ras, cabai rawit, telur ayam ras, dan sigaret kretek mesin (SKM) merupakan komoditas utama pendorong inflasi dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Sementara itu, pada kelompok transportasi komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah angkutan udara dan sepeda motor.
Pada triwulan II 2024, tekanan inflasi Provinsi NTT diprakirakan meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Momen HBKN Idul fitri dan sejumlah momen cuti bersama long weekend, dan libur sekolah yang jatuh pada triwulan II 2024 diprakirakan dapat menjadi pendorong laju inflasi yang bersumber dari tarif angkutan udara. Di sisi lain, kenaikan HET beras medium, premium, dan SPHP Bulog di tengah prakiraan menurunnya produksi beras di Provinsi NTT turut berpotensi mendorong inflasi. Sementara itu, dimulainya musim panen hortikultura lokal di sekitar Juni, dapat menjadi penahan laju inflasi dari komoditas hortikultura.
STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAERAH
Secara umum, stabilitas sistem keuangan di Provinsi NTT pada triwulan I 2024 masih tetap terjaga. Hal ini tercermin dari ROA yang tercatat masih sebesar 2,13%. Adapun fungsi intermediasi perbankan tetap tinggi, dengan LDR mencapai 130,99%. DPK tercatat tumbuh meningkat sebesar 7,24% (yoy), terutama bersumber dari menguatnya pertumbuhan tabungan menjadi 9,23% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit tercatat tumbuh sebesar 2,73% (yoy), didorong oleh peningkatan pada kredit investasi dan konsumsi. Tingkat risiko masih terjaga, dengan rasio NPL (gross) sebesar 1,74% dan masih berada di bawah level 5%.
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Indikator sistem pembayaran tunai mengalami penurunan, sejalan dengan hal tersebut sistem pembayaran nontunai juga mengalami penurunan pada triwulan I 2024. Di sisi sistem pembayaran tunai, inflow mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, akan tetapi outflow mengalami penurunan, sehingga terjadi net inflow sebesar Rp1,58 triliun pada triwulan I 2024. Hal ini sejalan dengan tren tahunan yang mana disebabkan oleh aliran uang yang masuk dari masyarakat pasca berakhirnya Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Pada sistem pembayaran nontunai, transaksi BI-RTGS mengalami pertumbuhan namun lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2023. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di NTT yang tumbuh melambat pada triwulan I 2024. Sementara itu, SKNBI mengalami kontraksi namun masih lebih baik dibandingkan triwulan IV 2023. Hal ini sejalan dengan pergeseran penggunaan SKNBI ke BI-FAST.
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Pada Februari 2024, jumlah angkatan kerja di Provinsi NTT meningkat sebesar 2,31% (yoy) menjadi 3,99 juta orang, dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami peningkatan sebesar 0,07%. Kondisi ketenagakerjaan terindikasi membaik, tercermin dari kenaikan jumlah orang yang bekerja meningkat sebesar 4,96% (yoy) atau bertambah 0,14 juta orang (2,96 juta orang) dari periode Februari 2023 yang sebesar 2,82 juta orang, sejalan dengan persentase angkatan kerja yang mengalami peningkatan sebesar 5,15% (yoy) atau bertambah 3,6 juta orang, akan tetapi di sisi lain persentase pengangguran mengalami peningkatan sebesar 11,11 % atau bertambah 0,10 juta orang meskipun tidak terlalu dalam. Sementara itu, rasio kemiskinan di Provinsi NTT pada Maret 2023 tercatat sebesar 19,96%, menurun dibandingkan periode September 2022 (20,23%). Namun demikian, Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan I 2024 tercatat masih stabil sebesar 97,70.
PROSPEK PEREKONOMIAN
Perekonomian Provinsi NTT pada keseluruhan tahun 2024 diprakirakan tumbuh pada kisaran 3,68 – 4,48 % (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 2023. Dari sisi pengeluaran, menguatnya kinerja perekonomian Provinsi NTT ditopang oleh meningkatnya konsumsi utamanya pada konsumsi pemerintah dalam pelaksanaan kegiatan Pesta Demokrasi sepanjang tahun 2024. Sejalan dengan hal tersebut dari sisi Lapangan Usaha (LU), pertumbuhan diperkirakan ditopang oleh Administrasi Pemerintahan serta Perdagangan Besar dan Eceran. Meskipun demikian, pertumbuhan yang lebih tinggi dapat tertahan oleh dampak dari El Nino pada tahun sebelumnya yang menyebabkan bergesernya musim tanam dan mengurangi hasil produksi tanaman pangan di Provinsi NTT. Di sisi lain, ancaman wabah virus African Swine Fever (ASF) yang menjangkit ternak babi menjadi faktor penahan pertumbuhan yang lebih tinggi.
Inflasi Provinsi NTT pada tahun 2024 diprakirakan berada dalam rentang sasaran 2,5±1 % (yoy). Berdasarkan disagregasinya, melandainya tekanan inflasi diprakirakan terjadi pada keseluruhan komponen inflasi, yaitu: volatile food, administered prices, dan core. Meredanya intensitas El Nino diprakirakan dapat menekan laju inflasi volatile food dengan hasil produksi yang kembali meningkat pasca dimulainya musim hujan pada awal tahun 2024. Sementara itu, kembali naiknya tarif cukai hasil tembakau (CHT) dapat mempengaruhi kenaikan pada beberapa komoditas. Sinergi dan kolaborasi berbagai upaya yang dilakukan pemangku kepentingan menjadi kunci untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan komoditas pangan, serta penguatan sinergi dan koordinasi kebijakan yang erat melalui TPIP – TPID dalam pelaksanaan GNPIP yang terus berlanjut pada tahun 2024.